Kabar Gembira Buat kamu yang ga sengaja kunjungi Blog ini !!!

jarang-jarang kamu bisa nemuin Harga SOUVENIR se Murahini..

karena ini kami buat sengaja buat kamu yang ga sengaja berkunjung ke Blog kami dengan ulasan kami selain dari ulasan souvenir

Nah buat kamu yang tertarik dengan Harga-harga souvenir kami, bisa langsung hubungi whatsapp kami di 081296650889 atau 081382658900

caranya screenshoot atau sertakan link url souvenir yang kamu minati pada blog ini, kirimkan kepada kami di nomer yang sudah tertera dia atas

tanpa screenshoot atau link blog kami, kemungkinan kami akan memberikan harga jual yang ada pada toko kami yang cenderung lebih tinggi tentunya

Tampilkan postingan dengan label Hikmah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Hikmah. Tampilkan semua postingan

Kamis, 31 Januari 2019

Penelitian Ilmiah Sudah Menandakan Kebenaran Al Quran Secara Meyakinkan, Ini Fakta!

Bukti-Bukti Ilmiah Yang Menunjukkan Kebenaran Al-Quran

Berbagai fakta dan penelitian ilmiah sudah mengambarkan kebenaran Al Quran, Masihkah anda Meragukannya?

Dr. Zakir Naik, seorang ulama India dan dai hebat perbandingan agama yang kerap memberikan dakwah lewat debat dan ceramah di seluruh dunia, menulis buku berjudul Miracle of Al-Qur’an & As-Sunnah. Buku ini berisi perihal fenomena-fenomena yang ada di alam semesta ini sebagaimana tertuang di dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah, yang kemudian di zaman kini ini terbukti berdasarkan penelitian ilmiah.

Pada 1400 tahun yang kemudian banyak orang kafir mencurigai ungkapan di dalam hadist perihal bulan terbelah. Bahkan orang kafir Quraisy yang melihat eksklusif fenomena tersebut ketika meminta Nabi Muhammad Shalallaahu ‘Alahi Wasallam mengambarkan kenabiannya, tetap masih dalam ketidakpercayaan atas insiden tersebut. Mereka justru menyatakan, insiden itu hanya merupakan sihir belaka. Padahal di penggalan wilayah lain di India dan China, para sejarawan masa kemudian ada yang sempat mencatat insiden tersebut.

Di masa kini fenomena bulan terbelah telah dibuktikan secara ilmiah oleh NASA yang telah banyak melaksanakan penelitian ruang angkasa. Para ilmuwan NASA yang di antaranya telah melaksanakan pengamatan terhadap bulan, telah menemukan bukti ilmiah bahwa bulan pernah terbelah. Fakta yang mereka temukan, dahulu kala bulan pernah terbelah menjadi dua, kemudian menyatu kembali. Ada banyak bukti faktual yang sanggup mengungkapkan hal ini berdasarkan penelitian pada permukaan bulan.

Dalam hadist yang disampaikan Anas bin Malik r.a menceritakan bahkan penduduk Makkah meminta Rasulullah Shalallaahu ‘Alahi Wassalam untuk menawarkan kepada mereka sebuah mukjizat, kemudian dia menawarkan kepada mereka bahwa bulan terbelah. (HR Bukhari).

Umat Islam juga meyakini fenomena adanya bulan terbelah berdasarkan ayat Al-Qur-an. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman, “Telah bersahabat datangnya dikala itu (Kiamat) dan bulan telah terbelah. Dan jikalau mereka (orang-orang musyrikin) melihat suatu tanda (mukjizat), mereka berpaling dan berkata, ‘(Ini adalah) sihir yang terus menerus.’ Mereka mendustakan (Nabi) dan mengikuti hawa nafsu mereka, sedang tiap-tiap urusan telah ada ketetapannya. Dan sebenarnya telah tiba kepada mereka beberapa kisah yang di dalamnya terdapat peringatan (dari kekafiran). Itulah suatu nasihat yang sempurna. Maka, peringatan-peringatan itu tidak berkhasiat (bagi mereka).” (Al-Qamar: 1-5).

Zakir Naik menuliskan banyak aspek disiplin ilmu yang telah menemukan bukti-bukti ilmiah dari apa-apa yang telah disebutkan di dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah. Dari aspek astronomi, para hebat astrofisika telah mengungkapkan fenomena ‘Big Bang’ perihal terciptanya alam semesta. Menurut teori Big Bang, seluruh alam semesta pada awalnya berbentuk satu massa yang besar (Nebula Primer). Kemudian terjadi ‘Big Bang’ (Ledakan Pemisah Sekunder) yang menjadikan pembentukan galaksi. Kemudian, terbentuk dan terbagi dalam bentuk bintang, planet, matahari, bulan, dan lain-lain.

Berkenaan dengan fakta ini, Al-Qur’an telah berbicara dalam ayatnya, “Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan bumi keduanya dahulu menyatu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan Kami jadikan segala sesuatu yang hidup berasal dari air. Maka mengapa mereka tidak juga beriman?” (Al-Anbiya’: 30).

Kemudian Sir Francis Drake yaitu orang pertama yang mengambarkan bumi bulat. Kesimpulan itu ia dapatkan sesudah berlayar mengelilingi bumi pada 1597. Sebelumnya banyak orang takut bepergian terlalu jauh alasannya yaitu khawatir jatuh dari ‘tepian’ bumi.

Allah berfirman dalam Az-Zumar ayat 5, “Dia membuat langit dan bumi dengan (tujuan) yang benar; Dia memasukkan malam atas siang dan memasukkan siang atas malam, serta menundukkan matahari dan bulan, masing-masing beredar berdasarkan waktu yang ditentukan. Ingatlah, Dialah Yang Maha Mulia lagi Maha Pengampun.” Kata bahasa Arab ‘Kawwara’ yang dipakai pada ayat ini berarti tumpang tindih atau menggulung menyerupai jalinan surban yang dililitkan di kepala. Tumpang tindih antara siang dan malam hanya akan terjadi jikalau bumi itu bulat.

Dari aspek fisika, Al-Qur’an telah menyebut dharrah (Saba’: 3), yakni suatu partikel yang lebih kecil dari atom. Ilmu pengetahuan moderen pun telah menemukan bahwa ada bahan yang lebih kecil dari atom. Dalam aspek geologi, Al-Qur’an menyebut gunung-gunung sebagai pasak (An-Naba’: 6-7), kemudian buku sains ‘Earth’ yang menjadi acuan ilmu geologi telah menggambarkan gunung berbentuk pasak.

Demikian pula Al-Qu’ran telah menyebut beberapa hal lain, yang telah terbukti secara ilmiah dalam disiplin ilmu geografi, oseanologi, biologi, zoologi, embriologi, fisiologi, dan lainnya. Ini mengambarkan kebenaran wahyu yang telah disampaikan Allah Subhanahu Wa Ta’ala kepada utusannya Nabi Muhammad Shalallaahu ‘Alahi Wasallam pada 14 masa yang silam. Kebenaran wahyu tersebut juga banyak yang telah terbuktikan sebagaimana tertuang di dalam As-Sunnah.

Dengan berkesesuasiannya antara risalah wahyu dari Allah dan fakta ilmiah, tentu saja dibutuhkan semakin memudahkan orang dalam meyakini kebenaran agama Islam. Tidak ada sesuatu yang mengetahui seluruh insiden di alam semesta ini, kecuali Allah. Dan Allah melalui Rasul-Nya telah mengabarkan jauh sebelum fakta-fakta ilmiah membuktikan. Semua hal yang telah dibuktikan secara ilmiah tersebut, akan menjadi rahmat bagi umat Islam, dan menjadi pengajaran bagi seluruh umat insan yang bersedia membuka hati dan pikirannya akan kebenaran wahyu dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala.*

Judul Buku : Miracle of Al-Qur’an & As-Sunnah
Penulis: Dr. Zakir Naik
Penerbit: Aqwam, Solo, Januari 2016, Tebal 224 halaman

Sumber hidayatullah.com

Jumat, 23 November 2018

Hindarkan Salah Baca Amin Yang Membatalkan Sholat

Kesalahan Baca Amin yang Membatalkan Shalat

Bagaimana cara membaca Amin yang benar dan apakah ada bacaan amin yang salah, yang sanggup menimbulkan shalat menjadi batal.

Jawab:

Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du,

Menurut pendapat yang masyhur di kalangan hebat bahasa, ada 2 cara membaca amin yang benar.

[Pertama] dibaca dengan dipanjangkan kata ‘Aa…’, sehingga menjadi Aaamiiin…

[Kedua] dibaca dengan dipendekkan kata ‘A…’ sehingga menjadi Amiin…

Berikut beberapa keterangan ulama mengenai hal tersebut,

[1] Keterangan al-Hafidz Ibnu Hajar,

والتأمين : مَصدر أمَّن بالتشديد ، أي : قال : آمين ، وهي بِالْمَدّ والتخفيف في جميع الروايات ، وعن جميع القراء

Takmin ialah bentuk masdar dari kata ‘Ammna’ dengan mim di-tasydid, yang artinya membaca amiin. Dan semua riwayat dan para hebat ilmu al-Quran menyebutkan bacaannya dengan memanjangkan hamzah atau memendekkan hamzah. (Fathul Bari, 2/262)

[2] Keterangan Ibnu Abdil Barr,

وفي ” آمين ” لُغتان : الْمَدّ والقَصَر ، مثل : أوه وآوه

Dalam bacaan amiin ada dua cara baca, dipanjangkan dan dipendekkan, menyerupai Awah dan Aaawah. (at-Tamhid, 7/11).

[3] Keterangan an-Nawawi,

وفي ” آمين ” لُغتان : الْمَدّ والقَصر ، والْمَدّ أفصح ، والميم خفيفة فيهما

Dalam bacaan amiin ada 2 cara baca, dipanjangkan dan dipendekkan. Yang dipanjangkan lebih fasih. Dan keduanya abjad mim tidak di-tasydid. (Syarh Shahih Muslim, 4/120).


Cara Baca Amin yang Salah


Syaikh Dr. Abdullah az-Zahim menyebutkan beberapa cara baca Amin yang salah.

Pertama, kesalahan bacaan amin yang menimbulkan shalat batal dengan setuju ulama

[1] Hamzah dipanjangkan, mim di-tasydid, dan abjad ‘Ya’ dihilangkan, sehingga menjadi Aaammmin [آمّن].

[2] Hamzah dibaca pendek, mim di-tasydid, dan abjad ‘Ya’ dihilangkan, sehingga menjadi Ammmin [أمّن].

[3] Hamzah dibaca pendek, mim tidak di-tasydid, dan abjad ‘Ya’ dihilangkan, sehingga menjadi Amin [أَمِنْ].

Kedua, Kesalahan amin yang disepakati ulama, namun apakah itu membatalkan ataukah tidak, ada perbedaan diantara para ulama. Bunyi bacaan amin ini yaitu dengan memendekkan hamzah, mim di-tasydid, dan ada abjad ‘Ya’ . sehingga dibaca: Ammmiiin [آمِّيْن]

Para ulama sepakat, lafadz amin semacam ini dilarang, namun mereka berbeda pendapat, apakah membatalkan shalat ataukah tidak. Syafiiyah menilai, ini tidak membatalkan shalat. Sementara madzhab yang lain menilai ini sanggup membatalkan shalat.

Ketiga, kesalahan bacaan Aamiin yang diperselisihkan bolehnya dan batalnya shalat

[1] Hamzah dipanjangkan, mim di-tasydid, dan ada abjad ‘Ya’ . sehingga dibaca: Aaammiiin [آمِّيْن]

Hanafiyah membolehkan kesalahan semacam ini. Sementara jumhur melarangnya.

Hanya saja, berdasarkan Syafiiyah, amin semacam ini tidak membatalkan shalat. Sedangkan Hambali dan Malikiyah menilai, bacaan amin ini sanggup membatalkan shalat.

[2] Hamzah dipanjangkan, mim tidak di-tasydid, dan abjad ‘Ya’ dibuang, sehingga dibaca: ‘Aaamin’ [آمن].

Sebagian hanafiyah membolehkan amin semacam ini, namun tidak disinggung oleh madzhab yang lain. Dan yang benar, ini dilarang.

(at-Takmin ‘aqibal Fatihah fi Shalah, hlm. 187-189)

Demikian Semoga bermanfaat…

Allahu a’lam.

Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasisyariah.com)

Hukum Posisi Tangan Jenazah, Sedekap Atau Tidak?

Tangan Mayit tidak Harus Disedekapkan?

Apakah tangan mayit harus disedekapkan ketika dikafani?

Jawab:

Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du,

Dalam hal ini ada 3 pendapat yang sanggup kami rangkumkan,

Pertama, Sebagian ulama menyarankan biar memposisikan tangan mayit ibarat orang sedekap. Diantaranya yaitu Ibnu Abdil Hadi – ulama Hambali – (wafat th. 909 H). Beliau sebutkan itu di kitab ia Mughni Dzawil Afham.

Kedua, beberapa ulama lainnya menegaskan bahwa tidak dijumpai dalil mengenai cara memposisikan kedua tangan mayit ketika dikafani. Sehingga posisi tangan dikembalikan kepada kondisi normal insan ketika posisi tidur, yaitu diletakkan di samping badannya.

Diantaranya ibarat yang pernah ditegaskan oleh Syaikh Abdul Muhsin al-Abbad – pengajar hadis di masjid Nabawi –, ketika ia ditanya wacana proposal menyedekapkan kedua tangan mayit ketika dikafani,

Jawaban beliau,

لا نعلم شيئاً يدل على أن يديه توضع على صدره، وإنما تكون على وضعهما الطبيعي، فتوضع بجنبيه ممتدتين، وكل واحدة لاصقة بجنبه

Kami tidak mengetahui adanya dalil yang menawarkan bergotong-royong kedua tangan mayit disedekapkan di atas dadanya. Namun yang tepat, posisi tangan dibiarkan normal, dengan diletakkan pada posisi membujur di samping. Kedua tangan melekat disisi badan.

(Syarah sunan Abi Daud).

Ketiga, sebagian ulama beropini bahwa posisi tangan mayit bebas, disedekapkan boleh, diletakkan di samping juga boleh. Berikut beberapa klarifikasi mereka,

[1] Fatwa Lajnah Daimah

Ketika ditanya mengenai dalil yang menganjurkan mensedekapkan jenazah. Jawaban Lajnah Daimah,

لا بأس بوضع يدي الميت عند تكفينه على صدره أو عن جانبيه, فالأمر في هذا واسع والحمد لله. وبالله التوفيق, وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم

Boleh meletakkan tangan mayit dengan disedekapkan di dada atau diletakkan membujur di samping. Masalah ini longgar, walhamdulillah..

Wa billahi taufiiq.. wa shallallahu ‘ala nabiyyinaa muhammadin wa aalihii wa shahbihii wa sallam..

(Fatwa al-Lajnah ad-Da’imah, no. 20863).

[3] keterangan al-Khatib as-Syarbini – ulama Syafiiyah – dalam kitabnya Mughni al-Muhtaj ia menyatakan,

(ويوضع الميت فوقها) أي اللفائف برفق (مستلقيا) على قفاه وهل تجعل يداه على صدره اليمنى على اليسرى أو يرسلان في جنبه؟ لا نقل في ذلك، فكل من ذلك حسن محصل للغرض

Mayit diletakkan dengan lembut, terlentang di atas kain kafan. Apakah kedua tangannya disedekapkan di atas dada ataukah diletakkan membujur di samping badan?

Kami tidak menganjurkan salah satu, sehingga semuanya baik untuk dilakukan, dan sesuai tujuan mengkafani. (Mughni al-Muhtaj, 2/18)

Demikian pula yang disampaikan Syihabuddin ar-Ramli – yang dikenal dengan Syafii ashghar – dalam kitabnya Nihayatul Muhtaj,

ويجعل يداه على صدره يمناه على يسراه أو يرسلان في جنبه, أيما فعل منهما فحسن

Kedua tangan mayit sanggup disedekapkan dan diletakkan di dadanya, atau diletakkan di samping badannya. Bagian manapun yang dilakukan, itu baik. (Nihayatul Muhtaj, 2/464)

Dan Insya aAllah pendapat ini yang lebih tepat…

Demikian, Allahu a’lam.

Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasisyariah.com)