Apa Saja Yang Bisa Mempengaruhi Kualitas Daging Sapi, Kambing, Domba dan Ternak Lainnya?
Umumnya daging yang berasal dari sapi bau tanah akan lebih liat dibandingkan dengan daging yang berasal dari sapi muda. Hasil penelitianpun mengatakan bahwa umur potong sapi berkorelasi positif dengan keempukan daging yang dihasilkannya, artinya makin bau tanah ternak sudah sanggup dipastikan dagingnya akan lebih liat. Daging yang berasal dari sapi bau tanah baunya lebih menyengat dibandingkan dengan daging yang berasal dari sapi muda. Namun pada kenyataannya, kuat lemahnya bacin daging pada sapi tidak dipermasalahkan konsumen, lain halnya dengan daging domba dan daging kambing, lantaran ke dua ternak kecil ini bacin dagingnya sangat unik dan lebih kuat dibandingkan dengan sapi (Paeco Agung: 1989, 2). Oleh lantaran itu konsumen daging domba atau kambing lebih menyukai daging yang berasal dari ternak muda.
Penampilan ternak ketika hidup mencerminkan produksi dan kualitas karkasnya. Ketepatan penaksir dalam menaksir nilai ternak tergantung pada pengetahuan penaksir dan kemampuan menterjemahkan keadaan dari ternak itu. Keadaan ternak yang perlu menerima perhatian pada ketika menaksir pro-duktivitas ternak yakni :
1. Umur dan berat.
2. Pengaruh kelamin.
3. Perdagingan.
4. Derajat kegemukan.
5. Persentase karkas.
1. Umur dan Berat
Ternak sapi bau tanah yang gemuk akan menghasilkan daging yang berlemak oleh lantaran itu rasanya akan lebih gurih dan banyak disukai konsumen. Selain itu daging yang berlemak kandungan airnya lebih sedikit sehingga pada ketika dimasak penyusutannya tidak terlalu besar.
2. Pengaruh Kelamin
Sapi dara siap potong umumnya lebih murah dibandingkan dengan sapi jantan kebiri, hal ini disebabkan lantaran persentase karkas sapi dara akan lebih rendah dibandingkan dengan sapi jantan kebiri. Selain itu pada umur yang sama dengan kondisi pemeliharaan yang sama, sapi dara akan sedikit lebih gemuk dibandingkan dengan jantan sehingga akan lebih banyak lemak yang dibuang untuk menghasilkan daging tanpa lemak. Harga sapi jantan muda setiap kilogram hidup umumnya akan lebih murah dibandingkan dengan sapi jantan kebiri, hal ini disebabkkan kualitas daging dari sapi jantan lebih rendah dibandingkan dengan daging dari sapi jantan kebiri pada umur yang sama. Namun produksi dagingnya akan lebih tinggi baik dibandingkan dengan produksi sapi jantan kebiri atau sapi dara.
3. Perdagingan
Tujuan final produksi ternak daging yakni menghasilkan karkas yang pro-porsi dan kualitas dagingnya prima, yaitu yang kandungan lemaknya disela –sela urat daging termasuk "moderat", namun demikian tidak sanggup dihindari adanya lemak yang berlebih diantara otot –otot, dan keadaan menyerupai ini tidak disukai oleh konsumen. Pada karkas ada 3 komponen utama, yaitu : daging, lemak dan tulang.
Bila pada suatu karkas kandungan dagingnya tinggi maka kandungan tulang dan atau kandungan lemaknya akan lebih rendah. Hasil penelitian mengatakan bahwa ada hubungan antara kandungan daging dengan tulang, namun hubungannya tidak begitu kuat. Artinya bila proporsi daging tinggi maka proporsi tulangnya akan lebih tinggi dan proporsi lemaknya akan relatif lebih kecil. (Setyawan Budiharta: 2009,19).
Peneliti –peneliti daging telah menemukan bahwa cara menggantung karkas juga besar lengan berkuasa terhadap keempukan beberapa macam otot.
- Bila karkas digantung pada "tendon Achilles yang harganya mahal akan lebih panjang 50% dibandingkan dengan yang normal dan selama rigormortis otot ini tidak berkontraksi sehingga akan lebih empuk. Namun menggantung dengan cara ini beberapa otot lainnya di penggalan "proximal hind limb" (kaki belakang penggalan atas) akan berkontraksi dibawah normal (lebih pendek) selama rigormortis sehingga otot –otot ini akan lebih keras dari biasanya.
- Menggantung karkas pada "abdurator foramen" akan membatasi kontraksi dari beberapa otot penting diantaranya yakni "semimembranosus" (round), "glutaeus medius" (sirloin), "longissimus dorsi" (loin). Dengan menggantung karkas menyerupai ini "hind limb" (kaki belakang) akan turun dan tulang belakang akan lurus, hasilnya otot pada "hind limb" dan sepanjang sisi luar tulang belakang akan memanjang.
4. Derajat Kegemukan (Finish)
Selama penggemukan dengan pertolongan pakan yang baik, lemak akan dibuat berturut-turut diluar bundel otot yaitu dibawah kulit dibagian luar karkas (lemak subkutan), dalam rongga perut, sekitar bundel-bundel otot dan juga pada serat –serat otot. Sebagian besar lemak berada diluar bundel otot dan lemak ini akan dilepaskan pada ketika prosessing. Lemak yang terbentuk diantara serat otot disebut "marbling" atau kepualaman dan lemak ini akan sangat besar lengan berkuasa terhadap kelezatan daging, kegurihan, bacin rasa, penampilan dan keempukan. Kegurihan mungkin merupakan faktor yang sangat penting yang disumbangkan oleh adanya "marbling", selain itu penampilan daging jadi lebih menarik. (Lawrie: 1966, 25)
5. Persentase Karkas
Persentase karkas tidak banyak besar lengan berkuasa terhadap kualitas karkas namun penting pada penampilan ternak sebelum dipotong. Pembeli ternak akan memperkirakan nilai karkas dari penampilan ternak sewaktu ternak tersebut masih hidup. Bila pembeli menaksir persentase karkas terlalu tinggi contohnya 1% saja, maka pada ternak yang beratnya 500 kg, pembeli tersebut akan kehilangan 5 kg daging.
PERLAKUAN PADA TERNAK SEBELUM DIPOTONG
1. Syarat Ternak yang akan dipotong dan Kebersihan Tempat Penampungan di RPH.
Syarat ternak yang akan dipotong (Arganosa, 1975:32) yakni kondisi ternak harus dalam keadaan sehat dan segar, untuk itu sehabis ternak tiba dirumah potong perlu diistirahatkan terlebih dahulu hingga kondisi ternak kembali segar. Untuk binatang betina besar bertanduk, boleh dipotong dengan syarat :
a. Tidak dipotong untuk diperjual belikan.
b. Betina tersebut menerima kecelakaan.
c. Betina itu terkena penyakit yang bisa menjadikan kematian. (misalnya penyakit kembung perut).
d. Betina tersebut sanggup membahayakan manusia.
e. Menurut peraturan yang dibuat harus disembelih (umumnya dalam rangka memberantas penyakit).
Bila ternak telah melaksanakan perjalanan yang panjang dan ternak terlihat lelah, segera sehabis diturunkan dari truk atau alat angkut lainnya, ternak –ternak ini digiring ketempat yang sudah tersedia air untuk minum dan dilakukan penyemprotan dengan air dingin, hal ini bukan saja biar ternak menjadi higienis namun juga akan sanggup mengurangi stress serta menekan adanya bilur-bilur darah pada penggalan dibawah kulit (sub-cutan). Lama waktu istirahat dianjurkan selama 2 hari, meskipun kadang kala istirahat selama 2 hari ini belum mencukupi. Pada ketika istirahat semua ternak harus diberi makan dan minum yang baik dan cukup meskipun beberapa ternak mungkin tidak mau makan.
Hal lain yang perlu diperhatikan yakni keadaan dari tempat penampungan ternak di Rumah Potong, yang kadang kala merupakan sumber kontaminasi basil pathogen (penyebab penyakit). Karena ada kemungkinan ternak yang pernah tiba berasal dari suatu daerah, sedang ada dalam keadaan abses subklinis dan hal ini akan sangat besar lengan berkuasa terhadap kualitas daging.
Lantai tempat penampungan ternak harus dibuat sedemikian rupa sehingga gampang dibersihkan, lantaran jikalau diantara ternak yang sehat terdapat ternak yang menderita penyakit Salmonelosis, maka besar kemungkinan akan terjadi penularan yang cepat yang sanggup menjadikan resiko dimana dalam Rumah Potong Hewan itu timbul pencemaran.
Kandang untuk peristirahatan ternak harus cukup luasnya serta menyenangkan bagi ternaknya dan lebih baik lagi bila sangkar disekat –sekat menjadi unit-unit yang lebih kecil, guna mencegah gerombolan yang terlalu banyak (Setyawan Budiharta: 2009,19). Jalan menuju ruang penyembelihan harus gampang dan apabila ternak yang akan dipotong itu yakni ternak besar yang dipelihara di padang penggembalaan maka pada sisi lorong harus dipagari dengan memakai tiang-tiang yang kuat. Pada ketika ternak beristirahat investigasi ante-mortem (sebelum ternak disembelih) sudah mulai dijalankan. Pemeriksaan ante-mortem ini sangat penting dilakukan lantaran merupakan salah satu proses pencegahan penyakit terhadap konsumen.
Dalam hal ini "pemeriksa" harus mempunyai pengetahuan mengenai kesehatan masyarakat dan juga cukup berpengalaman dalam menangani ternak –ternak yang akan dipotong. Hal lain yang juga penting yaitu perlakuan terhadap ternak itu sendiri. Perlakuan yang kasar pada ternak sebelum dipotong akan mengakibatkan memar pada daging sehingga akan menurunkan kualitas dari pada karkas. Oleh lantaran itu untuk mengurangi penurunan kualitas karkas, stres lingkungan harus dihindari dan ternak harus diperlakukan dengan baik. Pada umumnya petugas Rumah Potong yang sepanjang dan setiap waktu kerjanya berafiliasi dengan ternak cenderung kasar dalam memperlakukan ternak yang akan dipotong.
2. Cara menditeksi ternak yang tidak sehat
Ternak yang sedang demam sanggup diketahui pada ketika ternak sedang beristirahat (Lawrie, 1966:1). Ternak tersebut akan terlihat lemah dan tidak bernafsu dan kadang kala terlihat telinganya terkulai. Ternak babi yang terkena demam akan memisahkan diri dari kelompoknya dan rebahan di teempat yang lembap meskipun udara lingkungan sedang dingin.
a. Ternak domba yang terkena penyakit "myasis" akan sering mengibasngibaskan ekornya atau menggisir dan juga bulu pada kawasan pantat terdapat kotoran dan basah.
b. Penyakit "Pneumonia" dan "Heat-Stroke" akan gampang diditeksi pada ketika ternak beristirahat. Ternak yang terkena penyakit ini akan terlihat kembang kempis kesakitan dan pernafasan cepat.
c. Penyakit "Peritonitis" yang akut juga akan bisa dilihat pada ternak bila sedang istirahat. Hal ini banyak terjadi pada babi. Babi yang terjangkit penyakit ini menunjukkan perut yang sedikit gembung dan terlihat lemah dan loyo.
d. Penyakit "Enteritis" juga bisa dilihat pada ketika ternak istirahat. Ternak akan terlihat bungkuk lantaran pada abdomennya ada luka dan akan mencret bila buang kotoran.
Memperhatikan ternak yang akan dipotong sangat penting dilakukan, lantaran bila ada tingkah laku yang tidak normal perlu dicurigai bahwa ternak tersebut ada kelainan. Disamping diperhatikan pada ketika istirahat ternak pun harus diperhatikan pada ketika berjalan. Usahakan ternak berjalan perlahan dan dilihat apa ada kelainan atau tidak.
Pengawasan sebaiknya dilakukan pada :
1. Sisi sebelah kiri.
2. Sisi sebelah kanan.
3. Bagian depan dan kepala.
4. Bagian belakang (kaki dan anus).
Bila ada sedikit saja yang mencurigakan maka harus dilakukan investigasi yang lebih intensif. Untuk melihat kelainan –kelainan ini membutuhkan pengalaman yang cukup.
3. Penimbangan pada Ternak
Pada ketika ternak akan dipotong, sebelum memasuki rumah potong, bila ada kemudahan penimbangan ternak, maka sebaiknya ternak ditimbang terlebih dahulu. Maksudnya untuk mengetahui berapa berat potong dari ternak tersebut dan berapa kira –kira karkas yang akan dihasilkan. Rumah potong di Indonesia, umumnya tidak mempunyai timbangan untuk ternak hidup, baik untuk ternak kecil maupun untuk ternak besar. Untuk ternak kecil kapasitas 100-150 kg sudah memadai, namun untuk ternak besar sebaiknya yang berka-pasitas 750 kg. (Arganosa, 1975:12)
Menimbang ternak kecil tidak terlalu sulit lantaran tenaganya masih bias diatasi oleh manusia. Pada ternak domba dan kambing cukup dengan menyatukan keempat kakinya dan diikat kemudian digantung pada kait timbangan gantung. Pada sapi lantaran tenaganya jauh lebih kuat, maka sebaiknya timbangannya dibuat menyerupai kerangkeng dengan lebar dan panjang lebih besar sedikit dari tubuh sapi. Pada ketika ditimbang pintu kerangkeng sebaiknya tertutup lantaran dikhawatirkan sapi jadi lebih galak tanggapan suasana yang berbeda dari biasanya.
TEKNIK DAN CARA PEMOTONGAN TERNAK
Pada proses pemotongan ternak di Indonesia harus benar-benar memperhatikan hukum-hukum agama Islam, lantaran ada kewajiban menjaga ketentraman batin masyarakat. Pada pelaksanaannya ada beberapa cara yang dipakai di Indonesia, yaitu :
1. Tanpa "Pemingsanan"
Cara ini banyak dilakukan di Rumah –rumah Potong Tradisional. Penyembelihan dengan cara ini ternak direbahkan secara paksa dengan menggunakkan tali temali yang diikatkan pada kaki –kaki ternak yang dihubungkan dengan ring –ring besi yang tertanam pada lantai Rumah Potong, dengan menarik tali –tali ini ternak akan rebah. Pada penyembelihan dengan sistem ini diharapkan waktu kurang lebih 3 menit untuk mengikat dan merobohkan ternak. Pada ketika ternak roboh akan menjadikan rasa sakit lantaran ternak masih dalam keadaan sadar.
2. Dengan Pemingsanan
Di Rumah Potong Hewan yang besar dan modern, sebelum ternak dipotong terlebih dahulu dilakukan "pemingsanan", maksudnya biar ternak tidak menderita dan kondusif bagi yang memotong.
3. Proses Pemingsanan
Ada beberapa cara pemingsanan, yaitu :
a. Pemingsanan dengan cara memukulkan palu yang terbuat dari kayu keras pada penggalan atas dahi, sehingga ternak jatuh dan tidak sadar.
b. Pemingsanan dilakukan dengan memakai "senapan" yang mempunyai "pen". Pen ini akan menembus tempurung kepala ternak dan mengenai otak, sehingga ternak pingsan dan roboh.
c. Pemingsanan dilakukan dengan memakai sengatan listrik. Ada 2 metoda pemingsanan yang dipakai bila memakai sengatan listrik.
4. Cara Pemotongan
Pemotongan dilakukan pada ternak dalam keadaan posisi rebah, kepalanya diarahkan ke arah kiblat dan dengan menyebut nama Allah, ternak tersebut dipotong dengan memakai pisau yang tajam. Pemotongan dilakukan pada leher penggalan bawah, sehingga tenggorokan, vena yugularis dan arteri carotis terpotong.
Menurut Ressang (1962) binatang yang dipotong gres dianggap mati bila pergerakan –pergerakan anggota tubuhnya dan lain –lain penggalan berhenti. Oleh lantaran itu sehabis ternak tidak bergerak lagi leher dipotong dan kepala dipisahkan dari tubuh pada sendi Occipitoatlantis.
Pada pemotongan tradisional, pemotongan dilakukan pada ternak yang masih sadar dan dengan cara menyerupai ini tidak selalu efektif untuk menjadikan maut dengan cepat, lantaran maut gres terjadi sehabis 3-4 menit. Dalam waktu tersebut merupakan penderitaan bagi ternak, dan tidak jarang ditemukan perkara bahwa dalam waktu tersebut ternak berontak dan bangun sehabis disembelih. Oleh lantaran itu pengikatan harus benar –benar baik dan kuat. Cara penyembelihan menyerupai ini dianggap kurang berperikemanusiaan. Waktu yang diharapkan secara keseluruhan lebih usang dibandingkan dengan cara pemotongan yang meng-gunakan pemingsanan.
Pada ketika pemotongan diusahakan biar darah secepatnya dan sebanyak –banyaknya keluar serta tidak terlalu banyak meronta, lantaran hal ini akan ada hubungannya dengan :
a. Warna daging.
b. Kenaikan temperatur urat daging.
c. pH urat daging (setelah ternak mati).
d. Kecepatan daging membusuk.
Agar darah cepat keluar dan banyak, sehabis ternak disembelih, kedua kaki belakang pada sendi tarsus dikait dengan suatu kaitan dan dikerek ke atas sehingga penggalan leher ada di bawah. Keadaan menyerupai ini memungkinkan darah yang ada pada tubuh ternak akan mengalir menuju ke penggalan bawah yang karenanya keluar dari tubuh.
5. Pengulitan
Setelah tetesan darah tidak mengalir, selanjutnya dilakukan pengulitan. Pengulitan dilakukan dengan memakai pisau yang bentuknya khusus biar pada ketika pengulitan tidak banyak kulit ataupun daging yang rusak.
6. Pengeluaran Jeroan
Setelah pengulitan selesai dilakukan, organ dalam yaitu isi rongga dada dan rongga perut dikeluarkan. Pada ketika pengeluaran isi rongga perut harus dijaga biar isi susukan pencernaan dan kantong kemih tidak mencemari karkas. Selanjutnya isi rongga dada dan rongga perut ini dibawa ke tempat yang terpisah untuk dibersihkan.
7. Pembelahan Karkas
Setelah isi rongga dada dan rongga perut dikeluarkan, karkas dibagi menjadi dua penggalan yaitu belahan kiri dan kanan. Pembelahan dilakukan sepanjang tulang belakang dengan memakai kapak yang tajam. Di Rumah Potong yang modern sudah ada yang memakai "Automatic Cattle Splitter".
Setelah karkas dibelah dua, bila akan dijual di pasar –pasar tradisional untuk konsumsi segar, maka karkas akan dipotong menjadi 2 bagian, yaitu penggalan depan dan penggalan belakang. Pemotongan dilakukan antara tulang rusuk ke 12 dan ke 13. Perlakuan pemotongan menyerupai ini karkas menjadi 4 potongan, masing –masing dinamakan “Quarter” atau “Perempat”, sehingga akan didapat “Perempat belakang” (Hind-quarter) dan “Perempat depan” (Forequarter). Untuk dijual di pasar swalayan atau konsumsi hotel –hotel berbintang biasanya dilakukan pelayuan terlebih dahulu, dan pada ketika pelayuan karkas dalam keadaan tergantung.