Kabar Gembira Buat kamu yang ga sengaja kunjungi Blog ini !!!

jarang-jarang kamu bisa nemuin Harga SOUVENIR se Murahini..

karena ini kami buat sengaja buat kamu yang ga sengaja berkunjung ke Blog kami dengan ulasan kami selain dari ulasan souvenir

Nah buat kamu yang tertarik dengan Harga-harga souvenir kami, bisa langsung hubungi whatsapp kami di 081296650889 atau 081382658900

caranya screenshoot atau sertakan link url souvenir yang kamu minati pada blog ini, kirimkan kepada kami di nomer yang sudah tertera dia atas

tanpa screenshoot atau link blog kami, kemungkinan kami akan memberikan harga jual yang ada pada toko kami yang cenderung lebih tinggi tentunya

Tampilkan postingan dengan label Ternak. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Ternak. Tampilkan semua postingan

Minggu, 10 Februari 2019

Tips Cara Menciptakan Ransum Pakan Sapi Potong Sederhana

Mengenal Formula Pakan Sapi Potong Sederhana, Fermentasi dan Pakan Kering Serta Panduan Cara Menghitung Kebutuhan Nutrisi Dalam Ransum Sapi Potong. 

Menyusun formula pakan merupakan aktivitas kreatif peternak yang memang harus ada ilmunya biar kebutuhan nutrisi sapi terpenuhi. Kadang juga didapatkan dari hasil trial and error alias coba-coba. Jika hasil risikonya sapinya gemuk dan elok dengan penambahan berat tubuh yang sesuai maka sanggup seterusnya digunakan meskipun kadang tidak pernah diteliti kandungan gizinya, hehehe,... yang penting sapinya gemuk.

Sapi Super Jenis Limousin Perlu Pakan Yang Berkualitas Untuk Cepat Gemuk, besar dan menguntungkan.
Formulasi pakan ideal gotong royong gampang dibuat, yang rumit yaitu memilih formulasi pakan yang ideal tetapi harganya terjangkau sehingga dikala sapinya dijual sanggup mendapat untung yang memadai. Apa gunanya memberi pakan sapi dengan ransum yang sangat elok yang tentunya menghasilkan fisik sapi yang super tetapi dikala sapi dijual tidak ada untungnya alasannya habis buat biaya pakan. 

Berikut pola formulasi pakan sederhana yang sanggup diterapkan untuk peternak pemula (untuk yang sudah expert bila ingin menyumbang saran silahkan dimasukkan ke kolom komentar biar artikel ini sanggup lebih lengkap lagi, terima kasih). Contoh formulasi ini sengaja tidak menampilkan harga ransum per kg nya alasannya harga materi baku ransum sanggup sangat berbeda-beda di tiap daerah, silahkan anda sanggup hitung sendiri.

Beberapa materi baku pakan ternak yang umum digunakan untuk penggemukan sapi potong antara lain bungkil yang sanggup berasal dari bungkil sawit maupun bungkil kopera dan lainnya. Bahan baku pakan lainnya yaitu onggok kering yang merupakan hasil samping dari pemrosesan tepung ketela pohon. Sering juga dimanfaatkan dedak bekatul baik yang halus mapun yang kasar. Dedak bekatul yaitu limbah dari penggilingan padi.

Sedangkan untuk hijauan atau sumber serat kasarnya yaitu dari banyak sekali jenis rumput menyerupai rumput, raja, rumput gajah dan rumput odot. Dalam ransum ternak sapi potong, ketersediaan materi baku pakan sumber serat bergairah atau yang berupa hijauan dan rumput wajib ada alasannya hijauan memang pakan alami ternak sapi yang mempunyai kegunaan untuk berjalan normalnya metabolisme pakan dalam rumen sapi.

Berikut ini pola cara menyusun formula sederhana untuk ternak sapi potong yang coba penulis tampilkan dari banyak sekali sumber dalam dua jenis formulasi pakan yaitu Pakan Fermentasi dan Pakan Kering, Selamat mencoba semoga bermanfaat.

Contoh I : Formulasi Pakan Fermentasi untuk Sapi Potong

Bahan Baku Pakan dan Pelengkapnya.

1.Onggok kering 5 %
2.Bungkil sawit 20 %
3.Dedak bekatul bergairah 10 %
4.Kulit kacang halus 5 %
5.Tumpi kedelai 10 %
6.Batang jagung + buahnya umur 65 hari 50 % potong kecil2x size 2 cm
7.Bactery FML atau Starbio atau EM4
8.air bersih
9.molases atau tetes tebu murni

Cara Pembuatan:
Campurkan air higienis 175 liter dengan molases/tetes murni 25 liter tuangkan bactery FML 10 liter. Jika memakai selain bactery FML banyaknya tergantung petunjuk takaran.
Diamkan dalam suhu kamar selama 3 hari dalam kondisi un-airub (kedap udara/tertutup rapat)

Takar dengan niscaya materi 1,2,3,4,5,6, aduk rata memakai mixser atau manual. Siramkan larutan fermentasi ke dalam material hingga mencapai kadar air 20%.

Masukkan semua materi yang sudah di fermentasi tersebut kedalam wadah/tempat dan tutup rapat2x. Jangan hingga kemasukan udara. ( sanggup memakai drum atau plastik besar ) lalu biarkan dalam suhu kamar selama 4-7 hari.

Material yang sudah terfermentasi dengan baik akan ber aroma manis dan harum, dan siap untuk dikasihkan untuk masakan ternak.

Aturan pakai :
Untuk ternak sapi pedaging usahakan 15-25 kg per hari untuk per ekor. (Tergantung bobot tubuh sapi ). Pemberian pakan fermentasi sekitar 5% - 6% dari berat tubuh.

Kelemahan : Belum ada hasil laboratorium untuk mengetahui kandungan nutrisi pakan fermentasi ini. Kalau ada yang mau coba bikin dan membawa samplenya untuk diteliti di laboratorium mengenai kandungan gizinya, monggo saja dipersilahkan.

Contoh II : Ransum Pakan Kering

Bahan Baku Pakan :

1) Bekatul 25 %
2) Tongkol jagung 45 %
3) Gaplek 15 %
4) Tepung ikan 15 %

Dari ke empat materi tersebut ditambahkan Tetes 6% dan urea 0,5% dari jumlah bahan.

Semua materi dicampur hingga rata lalu dijemur hingga kering gres sanggup diberikan.

Adapun jumlah pemberiannya yaitu sebesar 2,9 hingga 3,2 persen materi kering dari berat tubuh ternak.

Dari hasil kajian yang telah dilakukan di bahwa dengan mengunakan formula tersebut tingkat palatabilitas ternak terhadap ransum sangat baik dan sanggup memperlihatkan penambahan berat tubuh pada ternak sebesar 0,9 hingga 1,25 kg/ hari, bila 100% diberikan komplite feed untuk ternak sapi potong jenis Brahman dan PO ( peranakan Onggol ).

Pemberian Hijauan tetap dilakukan, sanggup dengan rumput lapangan atau tebon jagung dan rumput gajah, rumput odot, rumput raja dll. Prosentase hijauan antara 20% - 30%.

Kandungan Nutrisi dari Ransum diatas yaitu : Protein 14,16%, SK 17,16%, BK 88,72%

Kedua pola formulasi pakan di atas yaitu formula yang sangat sederhana alasannya untuk lebih menambah nutrisi pakan ternak tersebut masih perlu ditambahkan premix yang berisi vitamin dan mineral.

Formulasi pakan diatas sanggup diganti-ganti materi bakunya sesuai dengan ketersediaan materi baku yang ada didaerah anda yang penting materi substitusi atau penggantinya memili kandungan nutrisi yang sejenis atau mendekati dengan materi yang diganti.

Rumus Menghitung Kebutuhan Nutrisi Dalam Formulasi Pakan

Anda sanggup menyusun formulasi pakan sendiri dengan dasar-dasar pola perhitungan sebagai berikut: (Anda tinggal mengganti materi yang mau disubsidi dengan terlebih dahulu harus mengetahui kandungan nutrisi materi tersebut, sanggup dicari dibanyak literatur).:

Berikut ini yaitu pola penghitungan ransum sapi jantan dengan bobot tubuh 300 kg dengan sasaran kenaikan bobot tubuh sebesar 1,00 kg perhari.

Adapun materi pakan penyusun ransum yaitu : jerami padi, dedak halus kampung, gaplek dan bungkil kelapa.

Pemberian BK yaitu 3 % berdasar bobot tubuh dengan imbangan hijauan dan konsentrat yaitu 20 % berbanding 80.%. Penggunaan bungkil kelapa dibatasi maksimal 20 % dari konsentrat.

Kebutuhan nutrient sapi jantan BB 300 kg dan PBBH 1,0 kg
Uraian BK (kg) PK (gr) TDN (kg) Ca (gr) P (gr)
Kebutuhan zat nutrient sapi jantan BB 300 kg, PBBH 1 kg 7,6 535 5,2 21 18

Menentukan jumlah konsumsi materi kering jerami padi, konsentrat  dan bungkil kelapa yang akan diberikan pada ternak :

Jumlah materi kering (BK) yang diharapkan = 3 % x 300 kg = 9 kg
Jumlah jerami padi yang akan diberikan = 20 % x 9 kg = 1,8 kg
Jumlah konsentrat yang akan diberikan = 80 % x 9 kg = 7,2 kg
Jumlah bungkil kelapa = 20 % x 7,2 kg = 1,44 kg

Mengetahui kandungan zat nutrient jerami padi dan bungkil kelapa.

Kandungan zat nutrien materi pakan
Uraian BK (%) PK (%) TDN (%) Ca (%) P (%)
a. Jerami padi 80 2,40 59,0 0,21 0,08
b. Bungkil kepala 60 21,60 66,0 0,08 0,67
c. Dedak halus kampung 60 6,30 60,5 0,70 1,50
d. Gaplek 60 1,70 69,0 0,10 0,04

Menghitung zat nutrient yang disediakan oleh jerami padi dan bungkil kelapa serta membandingkan dengan kebutuhan zat nutrient sapi jantan. Kekurangan materi kering (BK) sebesar 4,36 kg (4360 gram) dan protein bergairah (PK) sebesar 180,8 gram trersebut harus dipenuhi oleh gabungan dedak halus dan gaplek yang mengandung protein sebesar = (180,8 / 4360) x 100 % = 4,15 %.

Zat masakan yang sanggup disediakan oleh jerami padi dan bungkil kelapa.
Uraian BK (kg) PK (gr) TDN (kg) Ca (gr) P (gr)
Kebutuhan zat nutrient sapi jantan BB 300 kg PBBH 1 kg 7,6 535 5,2 21,0 18,0
Pemenuhan zat nutrient dari jerami padi 1,8 43,2 1,06 3,78 1,44
Pemenuhan zat nutrient dari bungkil kelapa 1,44 311 1,13 4,32 9,655
Total pemenuhan zat nutrient 3,24 354,2 2,19 8,10 11,09
Kekurangan 4,36 180,8 3,01 12,90 6,91

Perbandingan kebutuhan zat nutrient dengan yang tersedia oleh materi pakan;
Uraian BK (kg) TDN (kg) PK (gr) Ca P
Jerami padi 1,80 1,06 40,00 3,78 1,44
Dedak halus kampung 2,32 1,40 200,00 20,00 50,00
Bungkil kelapa 1,44 0,95 310,00 4,32 9,65
Gaplek 2,04 1,48 20,00 1,22 0,49
Jumlah 7,60 4,89 570,00 29,32 61,58
kebutuhan 7,60 5,20 535,00 21,00 18,00
Selisih 0,00 - 0,31 + 35 + 8,32 +43,58

Jadi ransum masih kekurangan energi (TDN) sebesar 0,31 kg. Untuk menyeimbangkan sanggup digunakan molases atau tetes. Tetes mengandung BK 86 % dari TDN 69 %. Kaprikornus kekurangan TDN sebesar 0,31 kg atau (310 gram) diperoleh dari tetes sebanyak ( 310/69) x 100 gram = 449 gram. Perbandingan Ca banding P yang ideal yaitu 1 banding 1. untuk mencapai perbandingan tersebut maka di dalam ransum harus ditambahkan
CaCO3. sumber Ca CO3 yang gampang didapat yaitu dolomite atau kapur yang mengandung Ca sebesar 36 %.

Untuk mencapai kesimbangan tersebut, maka di dalam ransum harus ditambahkan kapur sebanyak : (61,58 – 29,32)/ 0,36 = 89,90 gram.
Langkah 6 : Menghitung susunan ransum dalam bentuk segar yaitu sebagai berikut :
Jerami padi = (100/80) x 1,8 kg = 2,30 kg
Dedak halus kampung = (100/60) x 2,32 kg = 3,80 kg
Bungkil kelapa = (100/60) x 1,44 kg = 2,44 kg
Gaplek = (100/60) x 2,04 kg = 3,40 kg
Tetes = (100/86) x 469 kg = 545,3 gram

Kalau ingin tahu cara tercepat Deteksi Kebuntingan, Baca Juga: Deteksi Dini Kebuntingan Sapi dengan Asam Sulfat, Ini Lho Caranya !

Data Statistik Populasi Ternak Di Jawa Timur Hingga Tahun 2014

Berapa Jumlah Ternak Sapi, kambing, Kuda dan Lainnya di Propinsi Jawa Timur? Berikut Ini Data Populasi Ternak Jawa Timur Sampai Akhir Tahun 2014

No Jenis Ternak Tahun 2011Tahun 2012Tahun 2013Tahun 2014Tahun 2015
1 Sapi Potong 4.727.298 4.957.477 3.949.097 4.125.333 0
2 Sapi Perah 296.350 308.811 237.673 245.246 0
3 Kerbau 32.675 33.498 28.118 28.507 0
4 Kambing 2.830.915 2.879.369 2.937.980 3.090.159 0
5 Domba 942.915 1.088.602 1.185.472 1.221.755 0
6 Babi 34.465 37.312 46.090 41.875 0
7 Kuda 11.439 11.632 10.581 10.536 0
8 Ayam Buras 29.310.251 32.143.678 33.806.963 34.539.123 0
9 Ayam Petelur 37.035.251 40.268.631 43.066.361 41.156.842 0
10 Ayam Pedaging 50.268.093 51.981.778 52.288.601 179.830.682 0
11 Itik 3.884.269 3.853.128 4.213.379 4.912.393 0
12 Entok 829.815 875.135 946.323 1.261.425 0




Info Harga Rata-rata Produk Peternakan di Jawa Timur Awal Tahun 2016

Awal Bulan Januari 2016
No Jenis TernakJumat, Awal Januari 2016
1 Daging Kambing ( Kg )90.000
2 Karkas Ayam Buras ( Kg )60.000
3 Karkas Ayam Broiler ( Kg )32.000
4 Daging Sapi Murni ( Kg )100.000
5 Telur Ayam Ras ( Kg )20.000
6 Telur Ayam Buras ( Butir )2.000
7 Susu Sapi Segar ( Ltr )5.400
8 DOC Broiler ( Ekor )5.850
9 DOC Layer ( Ekor )6.450
10 Telur Itik ( Butir )3.500
11 Pakan Ternak Broiler ( Kg )6.400
12 Pakan Konsentrat Layer ( Kg )7.600

Sabtu, 09 Februari 2019

Beda Antara Kijang Dan Rusa Berdasar Ciri-Ciri Fisiknya

Perbedaan Antara Rusa dan Kijang Jika Dilihat Dari Ciri-cirinya

Rusa merupakan nama umum dalam bahasa Indonesia untuk menyebutkan semua famili Cervidae. Dalam bahasa Inggris rusa sering “deer“. Di seluruh dunia terdapat sekitar 62 jenis (spesies) rusa. Dan dari semua jenis rusa tersebut 4 di antaranya merupakan spesies orisinil Indonesia yang di antaranya ialah Kijang (Muntiacus muntjak). Tiga spesies lainnya adalah Rusa Sambar (Cervus unicolor), Rusa Timor (Cervus timorensis), dan Rusa Bawean (Axis kuhli).
Rusa dari genus Cervus (rusa sambar dan rusa timor) dan Axis (rusa bawean bahkan rusa totol) di Indonesia sering kali hanya disebut sebagai “rusa” saja atau dalam bahasa Inggris disebut dengan “deer” dan “chital” (untuk genus axis). Sedangkan rusa dari genus Muntiacus di Indonesia dikenal sebagai “kijang” yang dalam bahasa Inggris disebut “muntjak”.
Nah dari citra secara umum ini biar mulai memperjelas perbedaan antara rusa dengan kijang.


Perbedaan ukuran rusa dan kijang


Perbedaan Antara Rusa dan Kijang Secara Spesifik. Secara spesifik terutama berkenaan dengan ciri-ciri fisik ada beberapa hal yang sanggup membedakan antara kijang dan rusa.

Ukuran badan rusa lebih besar dibandingkan kijang. Rusa Indonesia yang paling besar ialah rusa sambar (Cervus unicolor). Kemudian diikuti oleh rusa timor (Cervus timorensis), rusa bawean (Axis kuhli) dan kijang (Muntiacus muntjak) dengan ukuran badan terkecil.


Tanduk rusa (baik rusa sambar, rusa timor, maupun rusa bawean) bercabang tiga sedangkan pada kijang hanya bercabang dua. Tanduk ini hanya dimiliki oleh rusa dan kijang jantan.


Tanduk atau ranggah pada rusa lebih panjang dibandingkan tanduk kijang. Tanduk pada rusa sambar, rusa timor, maupun rusa bawean panjangnya melebihi panjang kepala mereka bahkan sanggup mencapai 1 meter tingginya pada rusa sambar. Berbeda dengan rusa, tanduk kijang panjangnya hanya sekitar separo dari panjang kepalanya.


Gigi taring rusa tidak panjang berbeda dengan kijang yang mempunyai gigi taring yang panjang dan keluar.

Sumber alamendah.org

Kamis, 31 Januari 2019

Teknik Dan Cara Amoniasi Kulit Kopi Sebagai Pakan Ternak Alternatif

Amoniasi Kulit Kopi, Meningkatkan Nilai Gizi dan Umur Penyimpanan (Lebih Awet)

Kulit Kopi
Pakan ternak sapi sanggup berasal dari hijauan maupun limbah industri pertanian, sanggup juga dari pakan buatan pabrik yang lazim disebut konsentrat sapi. Salah satu limbah industri pertanian yang sanggup dimanfaatkan sebagai pakan sapi ialah kulit kopi yang merupakan sisa hasil pengolahan kopi. Kulit kopi yang merupakan limbah kopi sudah usang dimanfaatkan sebagai materi baku pakan ternak, tetapi alasannya ialah kandungan nutrisinya yang rendah, peternak kurang begitu menyukai kulit kopi untuk pakan ternaknya. Solusi untuk meningkatkan kandungan nutrisi dan nilai kecernaan kulit kopi ialah dengan amoniasi kulit kopi. Salah satu hambatan pemanfaatan kulit kopi sebagai pakan ternak ialah kandungan serat kasarnya yang tinggi (33,14%), sehingga tingkat kecernaannya sangat rendah. 

Dengan proses amoniasi, tingkat kecernaan kulit kopi sanggup ditingkatkan. Bukan hanya itu, amoniasi kulit kopi juga sanggup meningkatkan kadar protein serta menghilangkan aflatoksin.

Menurut Zainuddin dan Murtisari (1995) Kulit kopi mengandung:
  • Protein garang 10,4%
  • lemak garang 2,13%
  • serat garang 17,2% (termasuk lignin)
  • abu 7,34%
  • kalsium 0,48%
  • posfor 0,04%
  • Energi metabolis 14,34 MJ/kg.
Namun demikian, menyitir Bressani (1979) menyatakan bahwa kulit kopi  mengandung antinutrisi berupa senyawa kafein 1,3% dan tanin 8,5%. Ditinjau dari teknik pemanfaatannya sebagai komponen pakan ternak ruminansia kecil beberapa peneliti memiliki pendapat yang tidak seragam. Sebagai contoh, Guntoro et al. (2004) melaksanakan pemeraman kulit kopi dengan jamur aspergillus niger terlebih dahulu sebelum mengintroduksikan ke dalam suatu gabungan pakan kambing.

Bahan yang dipakai dalam pembuatan amoniasi kulit kopi:
  • 20 kg kulit kopi kering udara
  • 1 kg urea
  • 14 liter air
  • timbangan
  • gelas ukur
  • terpal plastik
  • kantong plastik (disesuaikan dengan jumlah bahan)
  • ember
  • pengaduk. 
Cara pembuatan amoniasi kulit kopi:
  • Kulit kopi dihamparkan pada terpal / lembaran plastik berukuran 180 x 200 cm2
  • Masukkan 14 liter air ke dalam ember, dan masukkan pula 1 kg urea ke dalamnya
  • Aduk terus hingga semua urea terlarut.
  • Siramkan larutan urea ke kulit kopi secara merata
  • Dibolak-balik hingga seluruh bab kulit lembap oleh larutan tersebut. 
  • Masukkan kulit kopi ke dalam plastik kantong (90x 100 cm) secara rangkap
  • Padatkan kulit kopi dalam kantong  dan diikat erat-erat.
    Pastikan tak ada kebocoran pada kantong plastik. 
  • Setelah empat minggu, amoniasi kulit kopi sudah sanggup dibuka. 
Amoniasi diangin-anginkan selama 1-2 hari, hingga kedaluwarsa menyengat amoniak hilang. Sekarang, hasil amoniasi sanggup dipakai sebagai pakan sapi atau domba.
Kulit kopi yang telah diamonasi memiliki kandungan protein 17,88 %, kecernaan 50 % (semula 40 %), VFA 143 mM (semula 102 mM) dan NH3 12,04 mM (semula 4,8 mM). 
Struktur dinding sel kulit kopi juga menjadi lebih amorf dan tidak berdebu, sehingga lebih gampang ditangani. Dalam keadaan tertutup (plastik belum dibuka / dibongkar), materi pakan yang diamoniasi sanggup tahan lama.

Jadi disamping untuk meningkatkan nilai nutrisi yang terkandung dalam kulit kopi, fungsi amoniasi juga untuk memperlama daya tahan kulit kopi ketika disimpan meskipun dalam keadaan yang benar-benar kering kulit kopi juga tahan usang selama disimpan ditempat yang kering tidak terkena air.

Syarat Dan Cara Menciptakan Sangkar Sapi Yang Baik

Bagaimana Cara Yang Benar Dalam Membuat Kandang Sapi?

Ada beberapa faktor yang sanggup menghipnotis keberhasilan perjuangan penggemukan sapi potong, antara lain:
  • Bibit sapi bakalan yang bagus
  • Pakan yang berkualitas dan hemat (harga terjangkau)
  • Tenaga kerja yang cakap dan berpengalaman
  • Lokasi Usaha yang nyaman
  • Kandang yang sesuai dan memenuhi syarat
  • Manajemen pemeliharaan yang baik dan terprogram
  • Regulasi atau peraturan pemerintah yang mendukung dan memudahkan perjuangan penggemukkan sapi potong
Kali ini kita akan membahas problem perkandangan sapi sebagai salah satu faktor yang wajib diperhatikan semoga perjuangan pemeliharaan dan penggemukan sapi sanggup menghasilkan laba alasannya yakni sapi berkembang dan tumbuh dengan baik.

Sebuah sangkar sapi haruslah memenuhi persyaratan "nyaman" bagi penghuninya. Sapi yang berada dalam sangkar harus terbebas dari rasa takut dan stress, harus lezat makan dan minum. Kaprikornus dalam menciptakan sangkar kita harus memperhatikan beberapa persyaratan semoga sapi yang kita pelihara sanggup merasa nyaman di dalam kandangnya.
Kandang yakni struktur atau bangunan di mana binatang ternak dipelihara. Kandang seringkali dikategorikan berdasarkan jumlah binatang yang menempatinya; ada yang hanya berupa satu bangunan satu hewan, satu bangunan banyak binatang namun terpisah sekat, dan satu bangunan diisi banyak binatang tanpa sekat. Kandang merupakan salah satu kebutuhan penting dalam perjuangan peternakan. Kandang yakni struktur atau bangunan di mana binatang ternak dipelihara. Fungsi utama kandang yakni untuk menjaga supaya ternak tidak berkeliaran dan memudahkan pemantauan serta perawatan ternak.

1. Letak dan Arah Kandang
Menurut pengalaman penulis di lapangan, pertumbuhan bobot tubuh sapi dengan sangkar (bagian kepala sapi) yang menghadap ke timur lebih baik dibandingkan dengan sapi yang kandangnya menghadap arah lain. Maka, kalau membangun sangkar tunggal, sebaiknya dibentuk menghadap ke timur. Namun, kalau membangun sangkar ganda, buatlah membujur utara - selatan.

2. Ukuran Kandang
Ukuran sangkar harus diadaptasi dengan ukuran tubuh sapi dan jenis sangkar yang digunakan, apakah sangkar individu atau sangkar kelompok. Umumnya, kebutuhan luas sangkar sapi per ekor sekitar 1.5 x 2.5 m, 1.5 x 2 m, atau 1 x 1.5 m. Apa pun jenis sangkar yang dibuat, baik sangkar kelompok ataupun individu, peternak harus memenuhi kebutuhan luas sangkar per ekor tersebut.

3. Konstruksi Kandang
Konstruksi sangkar harus berpengaruh serta terbuat dari bahan- yang hemat dan gampang diperoleh. Di dalam sangkar harus ada drainase dan susukan pembuangan Iimbah yang gampang dibersihkan. Tiang sangkar sebaiknya dibentuk dari kayu berbentuk lingkaran semoga Iebih tahan usang dibandingkan dengan kayu berbentuk kotak. Selain itu, kayu lingkaran tidak akan melukai tubuh sapi, berbeda dengan kayu kotak yang mempunyai sudut tajam.

- Lantai
Lantai sangkar sapi biasanya dibentuk dari materi semen atau tanah yang dipadatkan dan dibentuk lebih tinggi dari lahan sekitarnya. Lantai sanggup dialasi jerami, karpet, kayu datar, papan, atau serbuk gergaji. Pemberian bantalan bertujuan semoga kaki dan tubuh sapi tidak terluka terkena lantai semen yang kasar. Pemberian bantalan juga menciptakan kaki dan tubuh sapi tidak gampang kotor serta tidak terjangkit basil penyakit. Selain itu, lantai yang diberi bantalan juga menjadi tidak cepat rusak akhir tergerus kaki sapi. Lantai sangkar harus kuat, tidak licin, dan dibentuk dengan kemiringan 15 derajat ke arah selokan di belakang sapi untuk mempermudah penampungan kotoran sapi dan pakan yang jatuh.

Kandang bakalan dan anakan biasanya hanya beralaskan semen. Sementara itu, sangkar pembibitan biasanya beralaskan serbuk gergaji atau sekam. Kandang pembibitan atau persalinan membutuhkan kondisi yang mutlak kering. Karena itu, setiap periode melahirkan, serbuk gergaji harus diganti dengan yang baru.

- Dinding
Dinding sangkar dihentikan tertutup seluruhnya, harus dibentuk terbuka sebagian semoga sirkulasi udara di dalam sangkar lancar. Bahan yang dipakai sebagai dinding sanggup berupa tembok beton, papan, kayu, bambu, dan bilik bambu. Kadang, dinding sangkar hanya berupa kawasan minum dan kawasan pakan yang dibentuk setinggi 0.5--1 meter dari permukaan tanah.

- Atap
Atap sangkar sanggup terbuat dari materi asbes, genting, rumbia, atau seng. Kandang untuk sapi potong sanggup memakai atap dari asbes, alasannya yakni sapi potong lebih tahan terhadap panas. Kandang sapi juga boleh tidak memakai atap alias terbuka. Kandang terbuka yang beratapkan langit ini biasanya dipakai untuk memelihara sapi bunting atau bakalan yang gres tiba di peternakan. Kandang ibarat ini membantu betina bunting untuk berlatih semoga proses melahirkan sanggup lancar.

- Lorong
Di sangkar individu, biasanya terdapat lorong di tengah sangkar sebagai area kemudian lintas peternak atau pekerja untuk memberi pakan atau minum sapi. Lorong ini biasanya berukuran 0.5--1 meter dan dibentuk dari materi semen. Lantai semen sebaiknya diberi corak garis-garis semoga tidak licin.

- Selokan
Selokan berfungsi sebagai kawasan pembuangan kotoran. Selokan biasanya dibentuk dengan lebar 20--30 cm dan kedalaman 10--20 cm. Selokan ini dibentuk di dalam sangkar di bab ekor sapi, baik itu di sangkar tunggal maupun sangkar ganda. Tujuannya, semoga pekerja gampang membersihkan kotoran dan urine sapi.

- Bak Pakan dan Minum
Bak pakan dan kolam air minum dibentuk di depan sangkar dengan perbandingan 2 : 1. Artinya, kalau panjang kolam pakan satu meter, maka panjang kolam air minum setengah meter. Tempat pakan dan minum ini dibentuk dari materi semen atau papan kayu dengan dasar rapat semoga pakan tidak gampang tercecer. Tempat minum dihentikan bocor dan harus gampang dibersihkan.

Sumber:
drh. Samsul Fikar & Dadi Ruhyadi di dalam bukunya, Buku Pintar Beternak & Bisnis Sapi Potong.

Penyebab Dan Cara Pengobatan Penyakit Ngorok Dan Pink Eye Pada Sapi

Apa Penyebab dan Bagaimana Cara Pengobatan Penyakit Ngorok dan Pink Eye pada Sapi 

Pink Eye


SEPTICEMIA EPIZOOTICA (SE) / Penyakit NgorokPada Sapi

        Penyakit SE yaitu penyakit menular terutama pada kerbau, sapi, babi dan kadang kala pada domba, kambing dan kuda yang disebabkan oleh basil Pasteurella multocida tipe tertentu. Penyakit biasanya berjalan secara akut , dengan angka janjkematian yang tinggi, terutama pada penderita yang telah memperlihatkan tanda-tanda klinik yang jelas. Sesuai dengan namanya, pada kerbau dalam stadium terminal akan memperlihatkan gejala-gejala ngorok (mendengkur), disamping adanya kebengkakan busung pada daerahdaerah submandibula dan leher pecahan bawah. Gambaran seksi pada ternak memamah biak memperlihatkan perubahan-perubahan sepsis.
        Penyakit SE menimbulkan kematian, napsu makan berkurang, penurunan berat  badan serta kehilangan tenaga kerja pembantu pertanian dan pengangkutan.
        Di Indonesia, lantaran jadwal vaksinasi SE dilakukan secara rutin, maka kejadian penyakit SE di Indonesia ketika ini hanya bersifat sporadik. Namun wabah SE dalam jumlah cukup besar masih sering ditemukan, contohnya di daerah-daerah Nusatenggara, menyerupai Sumba,Timor, Sumbawa dan daerah-daerah lain. Pada umumnya wabah itu terjadi pada permulaan ekspresi dominan hujan. Hal ini biasanya disebabkan lantaran tidak tervaksinnya ternak-ternak di tempat itu. Keadaan ini mungkin lantaran vaksin tidak tersedia atau lapangan di mana ternak merumput secara liar sangat sulit terjangkau oleh vaksinator.

Penyebab
        Penyebab penyakit SE yaitu basil Pasteurella multocida yang berbentuk cocobacillus yang memiliki ukuran yang sangat halus dan bersifat bipoler.
          Secara serologik dikenal beberapa tipe dan penyebab SE di Indonesia, antara lain yaitu Pasteurella multocida tipe 6B. Bakteri yang bersifat gram negatif ini tidak membentuk spora, bersifat non motil dan berselubung yang usang kelamaan sanggup hilang lantaran penyimpanan yang terlalu lama.

Cara Penularan
        Faktor-faktor predisposisi , menyerupai : kelelahan, kedinginan, pengangkutan, anemia dan sebagainya mempermudah timbulnya penyakit.
          Penyakit ngorok biasanya menyerang sapi umur 6 – 24 bulan dan sering terjadi ada ekspresi dominan hujan yang dingin. Sapi yang belum divaksinasi SE lebih banyak terserang. Kondisi stress dalam pengangkutan merupakan penyebab utama terjadinya penyakit ini, sehingga penyakit ini disebut pula shipping fever.
         Diduga pintu gerbang infeksi basil ke dalam tubuh penderita yaitu tempat tenggorokan. Ternak sehat akan tertular oleh ternak sakit atau pembawa melalui kontak atau melalui makanan, minuman dan alat-alat yang tercemar. Ekskreta ternak penderita (ludah, kemih, dan tinja) juga mengandung bakteri.
        Bakteri yang jatuh di tanah apabila keadaan harmonis untuk pertumbuhan basil (lembab, hangat, teduh), maka akan tahan kurang lebih satu ahad dan sanggup menulari ternak-ternak yang digembalakan di tempat tersebut.
        Sapi yang menderita penyakit SE harus diisolasi pada tempat yang terpisah. Apabila sapi itu mati ataupun sanggup sembuh kembali, sangkar dan peralatan yang dipakai untuk perawatan sapi itu harus dihapushamakan. Jangan gunakan sangkar tersebut sebagai tempat sapi sebelum lewat minimal 2 minggu.
        Penyakit SE ditemukan di sebagian besar wilayah Indonesia dan negara negara lain kecuali Australia, Oceania, Amerika Utara, Jepang dan Afrika Selatan. Kebanyakan wabah bersifat musiaman, terutama pada ekspresi dominan penghujan. Faktor-faktor predisposisi menyerupai kelelahan, kedinginan, pengangkutan, anemia dan sebaginya mempermudah timbulnya penyakit. Diduga sebagai intu gerbang infeksi kuman ke dalam tubuh penderita yaitu tempat tenggorokan. Hewan sehat akan tertular binatang sakit atau embawa melalui kontak atau melalui makanan, minuman dan alat0alat yang tercemar. Ada kemungkinan pula bahwa insekta dan lintah sanggup bertindak sebagai vektor.
        Pada babi SE dijumpai berbentuk gangguan pernafasan dengan tanda-tanda batuk lebih menonjol. Penularan melalui udara yang dibatukkan oleh penderita lebih gampang terjadi, apalagi jika babi-babi tersebut makan dan minum dari tempat yang sama

Gejala Klinis
Gejala penyakit SE adalah
  • Bentuk busung
  • Bentuk pektoral
  • Kelainan pasca mati

        Masa tunas SE yaitu 1 – 2 hari. Penderita lesu, suhu tubuh naik dengan cepat hingga 410C atau lebih. Gemetar, mata sayu dan berair. Selaput lendir mata hiperemik. Napsu makan, memamah biak, gerak rumen dan usus menurun hingga hilang, disertai konstipasi. Mungkin pula gangguan pencernaan berupa kolik, peristaltik usus naik, dengan tinja yang konsistensinya agak cair dan kadang kala disertai titik-titik darah. Sekali-sekali ditemukan juga epistaksis, hematuria dan urtikaria yang sanggup melanjut ke nekrose kulit.
        Pada SE dikenal tiga bentuk, yaitu bentuk busung, pektoral dan intestinal. Pada bentuk busung ditemukan adanya busung pada kepala, tenggorokan, leher pecahan bawah, gelambir dan kadang kala pada kaki muka. Tidak jarang pula dubur dan alat kelamin juga mengalami busung. Derajat janjkematian bentuk ini tinggi, hingga 90% dan berlangsung cepat, hanya 3 hari, kadang kala hingga 1 minggu. Sebelum mati, terutama pada kerbau gangguan pernafasan akan nampak sebagai sesak nafas (dyspnoe) dan bunyi ngorok, merintih dengan gigi gemeretak.
        Pada bentuk pektoral, tanda-tanda bronchopneumonia lebih menonjol, yang dimulai dengan batuk kering dan nyeri, yang kemudian diikuti dengan keluarnya ingus hidung, pernafasan cepat dan susah. Gejala-gejala tersebut biasanya berlangsung lebih lama, yaitu antara 1 – 3 minggu.
        Kadang-kadang penyakit sanggup berjalan kronis, ternak menjadi kurus dan sering batuk, napsu makan terganggu, terus menerus mengeluarkan air mata. Suhu tidak berubah, tetapi terjadi mencret degil (sulit disembuhkan) yang bercampur darah.

Perubahan Pasca Mati
        Secara anatomi patologi dikenal bentunk bususng, pektoral dan intestinal. Yang paling banyak ditemukan yaitu kombinasi dua atau tiga bentuk , meskipun bentuk busung lebih menonjol.
        Pada bentuk busung terlihat busung gelatin disertai perdarahan di bawah kulit di pecahan kepala, leher, dada dan sekali-sekali meluas hingga pecahan belakang perut. Cairan busung bersifat bening, putih kekuningan atau kadang kala kemerahan. Sering kali infiltrasi cairan serum terlihat hingga lapisan dalam otot. Busung gelatin juga ditemukan di sekitar faring, epiglotis dan pita suara. Lidah sering kali membengkak dan berwarna coklat kemerahan atau kebiruan dan kadang kala menjulur keluar. Selaput lendir kanal pernapasan umumnya membengkak dan kadang kala disertai selaput fibrin.
        Kelenjar limfa retropharingeal dan cervical membengkak. Rongga perut kadang kala berisi beberapa liter cairan bening berwarna kekuningan atau kemerahan. Tanda-tanda peradanagn akut hemorrhagik sanggup ditemukan di abomasum dan usus halkus dan sekalisekali di pecahan colon. Isi rumen umumnya kering, sedangkan isi abomasum menyerupai bubur. Isi usus cair berwarna kelabu kekuningan atau kemerahan tercampur darah. Sering kali di dapati gastroenteritis bersifat hemorrhagik. Limpa jarang mengalami perubahan. Proses degenerasi umumnya ditemukan pada alat-alat parenkim (jantung, hati dan buah pinggang).
        Pada bentuk pektoral terlihat pembendungan kapiler dan perdarahan di bawah kulit dan di bawah selaput lendir. Pada pleura terlihat peradangan dengan perdarahan titik (petechiae) dan selaput fibrin tampak pada permukaan alat-alat viseral dalam rongga dada. Juga terlihat tanda-tanda busung berbentuk hidrothorak, hidropericard dengan cairan yang kering., berfibrin. Paru-paru menderita bronchopneumoni berfibrin atau fibrinonekrotik. Bagian paru-paru mengalami hepatisasi dan kadang kala konsistensi agak rapuh. Hepatisasi umumnya terdapat secara seragam dalam satu stadium, berupa hepatisasi merah dalam keadaan akut, hepatisasi kelabu atau kuning dalam stadium yang lebih lanjut. Bidang sayatan paru-paru beraneka warna lantaran adanya pneumonia berfibrin, bagian-bagian nekrotik, sekat interlobuler berbusung dan bagian-bagian yang normal. Bagian paru-paru yang tidak meradang tampak hiperemik dan berbusung. Kelenjar limfa peribronchial membengkak. Kadang-kadang ada tanda-tanda enteritis akut sedangkan limfa umumnya normal.
        Pada bentuk intestinal biasanya mengiringi kedua bentuk tersebut di atas, terlihat gastroenteritis kataralis hingga hemorrhagik.

Pencegahan
Pencegahan penyakit SE dilakukan dengan cara:
  • Untuk tempat bebas SE, tindakan pencegahan didasarkan pada peraturan yang ketat terhadap pemasukan binatang ke tempat tersebut.
  • Untuk-daerah-daerah tertular, hewan-hewan sehat divaksin dengan vaksin oil adjuvan
  • Ada binatang tersangka sakit daat dipilih salah satu dari perlakuan sebagai berikut :
  1. Penyuntikan antiserum dengan takaran pencegahan
  2. Penyuntikan antibiotik
  3. Penyuntikan kemoterapika
  4. Penyuntuikan antiserum dan antibiotik atai anti serum dan kemoterapika
 
         Untuk daerah-daerah tertular, ternak-ternak sehat divaksin dengan vaksin oil adjuvant, sedikitnya setahun sekali dengan takaran 3 ml secara intra muskuler. Vaksinasi dilakukan pada ketika tidak ada kejadian penyakit.
        Pada ternak tersangka sakit sanggup dipilih salah satu dari perlakuan penyuntikan antiserum dengan takaran pen cegahan, penyuntikan antibiotika, penyuntikan kemoterapetika, kombinasi penyuntikan antiserum dengan antibiotika atau kombinasi antiserum dengan kemoterapetika.
         Dosis pencegahan antiserum untuk ternak besar yaitu 20 – 30 ml dan untuk ternak kecil yaitu 10 – 20 ml. Antiserum heterolog disuntikkan secara subkutan (SC) dan antiserum homolog disuntikkan secara intravena (IV) atau SC. Dua ahad kemudian bila tidak timbul penyakit disusul dengan vaksinasi.

Pengobatan
        Pengobatan terhadap penyakit SE sanggup dilakukan sebagai berikut (1) Seroterapi dengan serum kebal homolog dengan takaran 100 – 150 ml untuk ternak besar dan 50 – 100 untuk ternak kecil. Antiserum homolog diberikan secara IV atau SC. Sedangkan antiserum heterolog diberikan secara SC. Penyuntikan dengan antiserum ini memperlihatkan kekebalan selama 2 hingga 3 ahad dan hanya baik bila dilakukan pada stadium awal penyakit. Sebaiknya derma seroterapi dikombinasikan dengan derma antibiotika atau kemoterapetika (2) Seandainya antiserum tidak tersedia, pengobatan sanggup dicoba dengan preparat antibiotika, kemoterapetika atau adonan kedua preparat tersebut (3) Sulphadimidine (suphamezathine) sebanyak 1 gram tiap 15 lb bw.

Pengendalian dan pemberantasan
Secara garis besar, polanya sama dengan pemberantasan penyakit anthrax, yaitu
  1. dalam keadaan penyakit sporadis, tindakan pemberantasan ditekankan pada pengasingan binatang sakit dan penyuntikan antiserum SE pada binatang sakit
  2. dalam keadaan penyakit enzootik/epizotik, tindakan pemberantasan ditekankan pada penentuan batas-batas tempat tertular dari tempat belum tertular

Perlakuan pemotongan binatang dan daging
Dengan pertimbangan bahwa:
  • SE tidak berbahaya untuk konsumsi manusia
  • Hamir seluruh indonesia yaitu tempat tertular SE, maka binatang berpenyakit SE tidak dihentikan untuk dipotong, sesuai dengan peraturan yang berlaku

Diagnosa banding
        Apabila busung tidak terlihat jelas, SE sanggup dikelurkan dengan anthrax dan rinderpest. Pada SE tidak ditemukan endarahan yang berwarna hitam serupa seerti halnya anthrax. Selain dari gejala-gejala klinis SE sanggup dibedakan dari rinderpest, lantaran pada SE tidak terjadi radang usus yang bersifat krupus difteritis dan nekrose ada jaringan limfoid. Untuk peneguh diagnose, kuman penyebab SE harus sanggup diisolasi. Perlu diketahui bahwa tidak hanya kuman Pasteurella yang memiliki sifat bipoler.

Penyakit Pink Eye (Penyakit Mata Akut) Pada Sapi
        Pink Eye merupakan penyakit mata akut yang menular pada sapi, domba maupun kambing, biasanya bersifat epizootik dan ditandai dengan memerahnya conjunctiva dan kekeruhan mata.
        Penyakit ini tidak hingga menimbulkan kematian, akan tetapi sanggup menimbulkan kerugian yang cukup besar bagi peternak, lantaran akan menimbulkan kebutaan ,penurunan berat tubuh dan biaya pengobatan yang mahal.

Etiologi
        Pink Eye disebabkan oleh bakteri, virus, rikketsia maupun chlamydia, namun yang paling sering ditemukan yaitu akaibat basil Maraxella bovis.

Cara Penularan
        Mikrorganisme penyebab ditularkan lewat kontak antara ternak peka dengan ternak penderita atau oleh serangga yang sanggup memindahkan mikroorganisme atau sanggup juga lewat iritasi debu atau sumber-sumber lain yang sanggup menimbulkan ukiran atau luka mata.

Gejala Klinis
        Mata berair, kemerahan pada pecahan mata yang putih dan kelopaknya, nanah pada kelopak mata dan cenderum menjulingkan mata untuk menghindari sinar matahari. Selanjutnya selaput bening mata/kornea menjadi keruh dan pembuluh darah tampak menyilanginya. Kadang-kadang terjadi borok atau lubang pada selaput bening mata. Borok sanggup pecah dan menimbulkan kebutaan. Mata akan sembuh dalam waktu 1 – 4 minggu, tergantung kepada penyebabnya dan keganasan penyakitnya.

Pengobatan
        Suntikan antibiotik, menyerupai tetracyclin atau tylosin dan penggunaan salep mata sanggup membantu kesembuhan penyakit. Menempatkan ternak pada tempat yang teduh atau menempelkan kain di mata sanggup mengurangi rasa sakit mata akhir silaunya matahari.

Pencegahan
            Memisahkan ternak yang sakit dari ternak-ternak sehat merupakan cara terbaik untuk pencegahan terhadap pinx eye. Tidak tersedia vaksin untuk penyakit ini.

Penyebab Dan Cara Pengobatan Mastitis Atau Radang Ambing Pada Sapi

Radang Ambing ( Mastitis)

Mastitis ialah istilah yang dipakai untuk radang yang terjadi pada ambing, baik bersifat akut, subakut ataupun kronis, dengan kenaikan sel di dalam air susu dan perubahan fisik maupun susunan air susu, disertai atau tanpa adanya perubahan patologis pada kelenjar (Subronto, 2003). Akoso (1996) menyatakan bahwa pada sapi, mastitis sering terjadi pada sapi perah dan disebabkan oleh banyak sekali jenis bakteri.

Sori et al (2005) menyatakan bahwa kerugian kasus mastitis antara lain : kehilangan produksi susu, kualitas dan kuantitas susu berkurang, banyak sapi yang diculling. Penurunan produksi susu per kuartir sanggup mencapai 30% atau 15% per sapi per laktasi, sehingga menjadi permasalahan besar dalam industri sapi perah.

Faktor Penyebab Mastitis

Resistensi atau kepekaan terhadap mastitis pada sapi, kambing atau domba bersifat menurun. Gen- gen yang menurun akan memilih ukuran dan struktur puting Saat periode kering ialah ketika awal basil penyebab mastitis menginfeksi, lantaran pada ketika itu terjadi kendala agresi fagositosis dari neutrofil pada ambing. Berbagai jenis basil telah diketahui sebagai biro penyebab penyakit mastitis, antara lain Streptococcus agalactiae, Str. Disgalactiae, Str. Uberis, Str.zooepedermicus, Staphylococcus aureus, Escherichia coli, Enterobacter aerogenees dan Pseudomonas eroginosa. Dilaporkan juga bahwa yeast dan fungi juga sering menginfeksi ambing, namun biasanya mengakibatkan mastitis subklinis. 

Hasil penelitian di Ethiopia oleh Sori et al (2005) memperlihatkan bahwa hasil investigasi susu dengan metode CMTdari 180 ekor sapi perah lokal Zebu dan persilangan, prevalensi mastitis mencapai 52,78%, dengan 47 ekor (16,11%) merupakan mastitis klinis dan 87 ekor (36,67%), merupakan mastitis subklinis.

Staphylococcus aureus merupakan salah satu penyebab utama mastitis pada sapi perah yang mengakibatkan kerugian ekonomi yang cukup besar akhir turunnya produksi susu. Dilaporkan oleh peneliti yang sama bahwa dari 134 isolat yang diuji, maka persentase terbesar mikroorganisme penyebab mastitis ialah Staphylococcus aureus.

Disamping faktor –faktor mikroorganisme yang mencakup banyak sekali jenis, jumlah dan virulensinya, faktor ternak dan lingkungannya juga memilih gampang tidaknya terjadi radang ambing dalam suatu peternakan. Faktor predisposisi radang ambing dilihat dari segi ternak, mencakup bentuk ambing, contohnya ambing yang sangat menggantung, atau ambing dengan lubang puting terlalu lebar.


Bentuk puting, ada dan tidaknya lesi pada puting mensugesti kejadian mastitis. Hasil penelitian Sori et al (2005) memperlihatkan bahwa prevalensi mastitis pada puting pendulous mencapai 77,78%, sedangkan pada puting non pendulous mencapai 50%. Puting yang lesi memungkinkan prevalensi mastitis sebesar 84%, sedangkan pada puting normal sebesar 47,74%. Letak kuartir juga mensugesti kejadian mastitis. Kuartir kiri, belakang dan kanan, depan lebih sering mengalami mastitis daripada kedua puting lainnya. Pada kiri belakang, mastitis mencapai 34,3%, sedangkan kanan, depan mencapai 30,06%.


Faktor umur dan tingkat produksi susu sapi juga mensugesti kejadian mastitis. Semakin bau tanah umur sapi dan semakin tinggi produksi susu, maka semakin mengendur pula spinchter putingnya. Puting dengan spincter yang kendor memungkinkan sapi gampang terinfekesi oleh mikroorganisme, lantaran fungsi spinchter ialah menahan infeksi mikroorganisme. Semakin tinggi produksi susu seekor sapi betina, maka semakin usang waktu yang dibutuhkan spinchter untuk menutup sempurna. Faktor bangsa sapi juga mensugesti kejadian mastitis. Dilaporkan bahwa kejadian mastitis pada sapi persilangan (Crossbreed) lebih besar daripada sapi lokal.


Faktor lingkungan dan pengelolaan peternakan yang banyak mensugesti terjadinya radang ambing mencakup pakan, perkandangan, banyaknya sapi dalam satu kandang, ventilasi, sanitasi sangkar dan cara pemerahan susu. Dilaporkan bahwa pada ventilasi jelek, mastitis sanggup mencapai 87,5% dan pada ventilasi yang baik mencapai 49,39%.

Gejala-gejala
        Secara klinis radang ambing sanggup berlangsung secara akut, subakut dan kronik. Radang dikatakan bersifat subklinis apabila gejala-gejala klinis radang tidak ditemukan ketika investigasi ambing. Pada proses radang yang bersifat akut, tanda-tanda radang terperinci ditemukan, menyerupai : kebengkakan ambing, panas ketika diraba, rasa sakit, warna kemerahan dan terganggunya fungsi. Air susu berubah sifat, menjadi pecah, bercampur endapan atau jonjot fibrin, reruntuhan sel maupun gumpalan protein. Proses yang berlangsung secara subakut ditandai dengan tanda-tanda sebagaimana di atas, namun derajatnya lebih ringan, ternak masih mau makan dan suhu badan masih dalam batas normal. Proses berlangsung kronis apabila infeksi dalam suatu ambing berlangsung lama, dari suatu periode laktasi ke periode berikutnya. Proses kronis biasanya berakhir dengan atropi kelenjar mammae.

Cara penularan
Penularan mastitis dari seekor sapi ke sapi lain dan dari quarter terinfeksi ke quarter normal sanggup melalui tangan pemerah, kain pembersih, mesin pemerah dan lalat.

Diagnosis
Pengamatan secara klinis adanya peradangan ambing dan puting susu, perubahan warna air susu yang dihasilkan. Uji lapang sanggup dilakukan dengan memakai California Mastitis Test (CMT), yaitu dengan suatu reagen khusus, diagnosis juga sanggup dilakukan dengan Whiteside Test.

Kontrol
Untuk mencegah infeksi gres oleh basil penyebab mastitis, maka perlu beberapa upaya, antara lain (1) meminimalisasi kondisi-kondisi yang mendukung penyebaran infeksi dari satu sapi ke sapi lain dan kondisi-kondisi yang memudahkan kontaminasi basil dan penetrasi basil ke susukan puting. Air susu pancaran pertama ketika pemerahan hendaknya ditampung di strip cup dan diamati terhadap ada tidaknya mastitis. Perlu pencelupan atau diping puting dalam biosid 3000 IU (3,3 mililiter/liter air). Penggunaan lap yang berbeda disarankan untuk setiap ekor sapi, dan pastikan lap tersebut telah dicuci dan didesinfektan sebelum digunakan. (2) Pemberian nutrisi yang berkualitas, sehingga meningkatkan resistensi ternak terhadap infeksi basil penyebab mastitis. Suplementasi vitamin E, A dan ß-karoten serta imbangan antara Co (Cobalt) dan Zn (Seng) perlu diupayakan untuk menekan kejadian mastitis.

Pengobatan
Sebelum menjalankan pengobatan sebaiknya dilakukan uji sensitifitas. Resistensi Staphylococcus aureus terhadap penicillin disebabkan oleh adanya ß- laktamase yang akan menguraikan cincin ß- laktam yang ditemukan pada kelompok penicillin. Pengobatan mastitis sebaiknya memakai Lincomycin, Erytromycin dan Chloramphenicol.

Disinfeksi puting dengan alkohol dan infusi antibiotik intra mamaria sanggup mengatasi mastitis. Injeksi kombinasi penicillin, dihydrostreptomycin, dexamethasone dan antihistamin dianjurkan juga. Antibiotik akan menekan pertumbuhan basil penyebab mastitis, sedangkan dexamethasone dan antihistamin akan menurunkan peradangan. Mastitis yang disebabkan oleh Streptococcus sp masih sanggup diatasi dengan penicillin, lantaran streptococcus sp masih peka terhadap penicillin.

Strategi efektif untuk mencegah dan mengatasi mastitis yang disebabkan oleh Staphilococcus aureus masih sukar dipahami. Dilaporkan bahwa basil Staphylococcus sp dan Streptococcus sp yang diisolasi dari kasus mastitis sapi telah banyak yang multi resisten terhadap beberapa antibakterial. Penggunaan antibiotik untuk mengatasi mastitis juga telah banyak merugikan masyarakat konsumen, lantaran susu mengandung residu antibiotik sanggup mengakibatkan gangguan kesehatan.

Akibat penggunaan antibiotik pada setiap kasus mastitis, yang mungkin tidak selalu tepat, maka timbul problem gres yaitu adanya residu antibiotika dalam susu, alergi, resistensi serta mensugesti pengolahan susu. Mastitis subklinis yang disebabkan oleh basil gram positif juga makin sulit ditangani dengan antibiotik, lantaran basil ini sudah banyak yang resisten terhadap banyak sekali jenis antibiotik. Diperlukan upaya pencegahan dengan melaksanakan blocking tahap awal terjadinya infeksi bakteri.

Hasil penelitian Wall (2006) memperlihatkan bahwa efikasi pirlymycin sebagai antibiotik untuk mengatasi mastitis yang disebabkan Staphylococcus aureus hanya sanggup mencapai 13% dengan masa terapi dua hari, dan mencapai 31% apabila terapi diperpanjang hingga 5 hari. Jika diperhitungkan antara produksi susu dengan biaya terapi, ongkos materi bakardan adanya kandungan sel-sel somatik dalam air susu, maka masih dibawah Break Even Point.

Selanjutnya Middleton dan Foxt (2001) melaporkan bahwa penggunaan infus intramammaria dengan 120 ml, 5% Povidone-Iodine (0,5% Iodine) sehabis susu diperah habis pada 7 ekor penderita mastitis akhir Staphylococcus aureus memperlihatkan hasil yang sangat memuaskan, lantaran 100% (7 ekor) penderita sanggup memproduksi susu kembali pada laktasi berikutnya. Sedangkan terapi mastitis dengan infus Chlorhexidine, hanya menghasilkan 71% (5 ekor). Mean milk Weight (kg) pada terapi Iodine lebih besar daripada terapi dengan Chlorhexidine. Sekresi susu dari kuartir yang diberi Iodine tidak mengandung residu pada investigasi 35 hari post infusi, sedangkan pada infusi dengan Chlorhexidine ternyata mengandung residu antibiotik.

Wall (2006) melaporkan bahwa enzim protepolitik yang dikenal dengan Lysotaphin, yang dihasilkan oleh Staphylococcus simulans sanggup memotong ikatan – ikatan spesifik dalam komponen dinding sel, yaitu peptidoglycan dari Staphylococcus aureus. Efikasi Lysotaphin untuk terapi mastitis yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus telah dievaluasi pada beberapa jenis ternak, antara lain : tikus, kambing dan sapi. Infusi Lysotaphin ke dalam kelenjar mammae yang terinfeksi menawarkan respon perbaikan produksi pada laktasi berikut sebesar 20%. Transgene Lysotaphin menawarkan pertahanan berpengaruh melawan banyak sekali basil penyebab mastitis. Susu transgenik juga mengandung agen-agen yang menghambat pertumbuhan mikroba lain yang tidak diinginkan, sehingga susu dan produk susu lebih panjang daya simpannya.

Dalam pengobatan mastitis dengan memakai antibiotik, sehingga pengobatan sanggup efektif, dibutuhkan uji sensitifitas antibiotik tersebut terhadap basil penyebab mastitis, terutama Staphylococcus aureus. Perlu diketahui bahwa Staphylococcus aureus telah memperlihatkan sifat resistensi terhadap antibiotik. Berdasarkan sifat resistensinya, maka Staphylococcus aureus dikelompokkan dalam beberapa golongan, antara lain (1) Staphylococcus aureus yang menghasilkan enzim ß-laktamase, yang berada di bawah kontrol plasmid, dan menciptakan organisme resisten terhadap beberapa penisilin, antara lain penisilin G, ampisilin, piperasilin, tikarsilin dan obat-obat yang sejenis (2) Staphylococcus aureus yang resisten terhadap nafsilin, oksasilin, metisilin, yang tidak tergantung pada produksi ß-laktamase. Gen mecA untuk resistensi terhadap nafsilin terletak di kromosom.Resistensi ini berkaitan dengan kekurangan PBP (Penicillin Binding Protein) (3) Staphylococcus aureus yang mempunyai kerentanan menengah terhadap vankomisin.

Alamat Pasar Binatang Di Probolinggo Dan Lumajang Jawa Timur

Alamat Pasar Hewan di Probolinggo - Jawa Timur



1. Pasar Hewan Leces
Alamat : Desa Leces, Kecamatan Leces, Kabupaten Probolinggo, posisi tepatnya ambil jalan/gang di pinggir pasar leces, terus lurus hanya beberapa ratus meter lokasi pasar binatang leces dapat ditemukan.
Hari pasaran : Selasa
Kapasitas Pasar : Antara 500 - 700 an ekor.
Ternak yang dijual: Sapi Limousin, Simmental, Sapi Madura, PO, Kambing dan Domba

2. Pasar Hewan Wonoasih
Alamat : Kecamatan Wonoasih, Kota Probolinggo, posisi tepatnya jikalau dari arah kota probolinggo ambil arah ke Wonoasih, jikalau ada pemakaman china, belok kanan. Lokasi Pasar Hewan Wonoasih akan pribadi terlihat dari jalan raya.
Hari Pasaran: Sabtu
Kapasitas Pasar: 500 - 700 an ekor
Ternak yang dijual : Sapi Limousin, Simmental, Sapi Madura, PO, Kambing dan Domba

3. Pasar Hewan Banyu Anyar
Alamat : Leprak kulon, Banyuanyar, Probolinggo
Hari Pasaran : Rabu
Ternak yang dijual : Sapi, Kambing, Domba
Kapasitas : Termasuk pasar kecil 200 an ekor
 
4. Pasar Hewan Besuk
Alamat : Jl Raya Besuk, Probolinggo 
Hari Pasaran : Kamis
Ternak Yang dijual : Sapi
Termasuk pasar kecil kapasitas 100 - 200 ekor-an

5. Pasar Hewan Maron
Alamat : Maron, Probolinggo
Hari Pasaran: Sabtu
Ternak : Sapi
Termasuk Pasar Hewan Kapasitas kecil

6. Pasar Hewan Nguling
Alamat : Nguling, Probolinggo
Hari Pasaran : Jumat
Ternak : Sapi
Termasuk pasar binatang kecil


Alamat Pasar Hewan di Lumajang - Jawa Timur


1. Pasar Hewan Kota Lumajang
Alamat: Kota Lumajang
Hari Pasaran : Senin dan Jumat
Ternak: Sapi, Kambing, Domba
Kapastitas antara 500 - 1000 ekor

2. Pasar Hewan Klakah
Alamat : Desa Mlawang, Kecamatan Klakah, Kabupaten Lumajang
Hari Pasaran : Rabu
Ternak : Sapi
Kapasitas kecil

3. Pasar Hewan Senduro
Alamat Desa Senduro Kecamatan Senduro, Lumajang
Hari Pasaran: Minggu dan Kamis
Ternak : Kambing

4. Pasar Hewan Pasirian
Alamat: Desa Condro, Kecamatan Pasirian, Lumajang
Hari Pasaran : Rabu dan Sabtu
Ternak: Sapi
Termasuk Pasar Hewan kapasitas kecil

Bagaimana Perlakuan Yang Sempurna Terhadap Sapi Bakalan Yang Gres Dibeli Dari Pasar Hewan?

Perlakuan Sapi Baru (Bakalan) yang dibeli dari Pasar Hewan

Menyambung artikel keunggulan dan kelemahan sistem ikat dan sistem lepas dalam pemeliharaan sapi potong. Berikut akan coba dibahas perlakuan menyerupai apa yang terbaik untuk sapi yang gres dibeli dari pasar (sapi bakalan) hal ini penting alasannya ialah pada alhasil akan terkait dengan sistem pemeliharaan yang akan dijalankan.

Kalau kita ke pasar hewan, kita akan disuguhi banyak sekali macam jenis dan kondisi sapi (untuk para blantik niscaya sudah sangat hapal kondisi ini). Kalau kita tanyakan ke penjualnya apakah sapi yang ia jual cantik atau jelek, jawabannya niscaya sapi bagus, dan kalau kita hingga tanya menyerupai itu betapa konyolnya hehehe...Jadi sebelum ke pasar binatang kita sudah harus punya tujuan yang niscaya sapi apa yang mau kita beli, kondisinya menyerupai apa, asumsi umur berapa dan lain-lain. Kalau berdasarkan ilmunya mahasiswa ya berguru dululah dari ahlinya yang ada disekitar anda biar tidak "tersesat" ketika membeli sapi dipasar. Untuk ciri-ciri sapi yang bagus/baik buat bakalan akan coba dibahas diartikel terpisah.

Kembali ke perlakuan sapi baru, berikut hal-hal penting yang kadang terlewat dari perhatian kita:

> Kita sering tidak tahu sebelumnya sapi tersebut diberi pakan model apa oleh si penjual
> Umur sapi yang bekerjsama juga seringkali tidak ada catatannya (paling hanya taksiran dari gigi)
> Apakah sapi pernah sakit sebelumnya.
> Apakah sapi tersebut biasa dikandang tertutup atau terbiasa diikat di tempat terbuka atau setengah terbuka alasannya ialah berdasar pengalaman waktu kunjungan ke Kupang, petani ternak mereka hanya mengikat sapinya dibawah pohon disamping rumah dengan dipagar ala kadarnya, sementara kalau di Jawa Timur umumnya Sapi masuk ke sangkar yang tertutup dan dikunci rapat terutama ketika malam (karena hingga ketika ini di Jatim, terutama di tempat Lumajang dan Probolinggo masih sangat rawan maling sapi.)
> Apakah sapi sering di umbar di lapangan atau tidak (terkait dengan kemungkinan terjangkit cacingan)

Dengan pertimbangan hal-hal tersebut di atas berikut tips perlakuan untuk sapi Bakalan:

> Sapi yang gres dibeli atau gres datang, berikan pakan hijauan full, kalau dapat dengan tebon jagung
> Berikan air minum yang sudah dicampur gula atau dapat juga yang dicampur elektrolit untuk mengembalikan stamina badan sapi.
> Berikan suntikan vitamin B komplex serta obat cacing dan kalau kondisi sapi terlihat lemah dapat ditambah biosalamin atau yang sejenis. Penyuntikan dapat dilakukan di hari kedua.
(Meskipun sapi kelihatan cantik tetapi sumbangan obat cacing tetap wajib dilakukan sebagai tindakan antisipasi).

Perlakuan diatas akan lebih baik jikalau kita mempunyai sangkar karantina khusus untuk mengamati kesehatan sapi sebelum dimasukkan ke sangkar penggemukan.

Untuk sapi yang akan dipelihara dengan sistem ikat maka tidak ada lagi perlakuan yang bersifat khusus, yang terpenting ialah untuk membiasakan sapi dengan pakan yang kita punya melalui masa transisi pakan.

Contoh gampang untuk transisi pakan:
Minggu I : Hijauan 70 % + Konsentrat 30%
Minggu II : Hijauan 50% + Konsentrat 50 %
Minggu III : Hijauan 30% + Konsentrat 70% (Sesuaikan dengan sasaran prosentase Konsentrat dan hijauan yang akan anda pergunakan)

Atau yang lebih lambat lagi transisi pakannya:
Minggu I : Hijauan 80% + Konsentrat 20%
Minggu II : Hijauan 70 % + Konsentrat 30%
Minggu III : Hijauan 50% + Konsentrat 50 %
Minggu IV : Hijauan 30% + Konsentrat 70% (Atau sesuaikan dengan sasaran pakan yang akan anda gunakan).

Sebisa mungkin transisi pakan jangan lebih dari 1 bulan alasannya ialah akan besar lengan berkuasa dengan lamanya masa pemeliharaan. Sapi yang diberi pakan dengan konsentrasi hijauan terlalu tinggi akan lebih lambat gemuk sehingga kita butuh waktu lebih usang hingga sapi tersebut siap dijual. Kerugiannya ialah perputaran produksi hingga jual terlalu lambat sehingga terbebani biaya lain menyerupai penyusutan sangkar (biaya inap) dan bunga bank bagi yang modalnya dari perbankan. Efeknya laba jadi tidak maksimal disamping omset jual pertahunnya juga terbatas sekali.

Sedangkan untuk sapi yang akan dilepas (pemeliharaan sistem lepas) masih ada satu langkah penyesuaian yaitu sapi dibiarkan dulu diikat bersama sapi sapi lain selama lebih kurang 14 hari (2 minggu) untuk membiasakan sapi berkoloni dalam jumlah besar. Ini dimaksudkan biar ketika dilepas sapi tidak terlalu "liar" dan terlalu berangasan menaiki temannya, hasil alhasil ialah kasus pincang atau lamenes dapat diminimalisir. Selama masa ikat yang 2 minggu, usahakan transisi pakan tetap berjalan biar ketika dilepas sapi sudah mulai terbiasa dengan pakan konsentrat.

Agar lebih nyambung Silahkan Baca Juga: Keunggulan dan Kelemahan Sistem Pemeliharaan Sapi Potong, Antara Ikat dan Lepas

Sedangkan untuk Ciri Sapi Bakalan Super, Baca Juga: Ciri-ciri Sapi Bakalan Calon Sapi Super

Jika ingin berguru cara Inseminasi Buatan silahkan Klik Di Sini

Insya Allah akan bersambung dengan artikel lain berikutnya. Terima kasih. Semoga Bermanfaat.

Sapi Madura, Sapi Kerapan Dan Pembibitan

 Pulau Madura ialah salah satu tempat di Indonesia yang mempunyai Sapi Ras Murni Indonesia SAPI MADURA, Sapi Kerapan dan Pembibitan
Pulau Madura ialah salah satu tempat di Indonesia yang mempunyai Sapi Ras Murni Indonesia. Sapi ini berkembang pesat di Pulau Madura serta pulau-pulau sekitarnya menyerupai Pulau Sapudi, yang merupakan pulau yang populer dengan bibit-bibit Sapi Madura kualitas unggul.
Sapi Madura ialah sapi potong lokal orisinil Indonesia hasil persilangan antara banteng dengan bos indicus atau sapi Zebu yang secara genetik mempunyai sifat toleran terhadap iklim panas dan lingkungan marginal serta tahan terhadap serangan penyakit.
Ada dua pendapat mengenai asal-usul Sapi Madura. Pendapat pertama, Sapi Madura ialah persilangan antara Bos sondaicus (yang menurunkan ciri-ciri sapi berpunuk) dengan Bos indicus (yang memperlihatkan warna pada bulu). Pendapat kedua disimpulkan oleh Popescu dan Smith (1998), yang menyatakan bahwa Sapi Madura merupakan hasil perkawinan silang antara indukan Bos taurus atau Bos javanicus dengan pejantan Bos indicus. Hal ini ditunjukkan dengan kemiripan Sapi Madura dengan Bos taurus, kecuali pada kromosom Y-nya yang menyerupai dengan Bos indicus.

Ciri-ciri umum fisik Sapi Madura ialah sbb: :
Baik jantan ataupun betina sama-sama berwarna merah bata.
Paha belakang berwarna putih.
Kaki depan berwarna merah muda.
Tanduk pendek beragam. Pada betina kecil dan pendek berukuran 10 cm, sedangkanpada jantannya berukuran 15-20 cm.
Panjang tubuh menyerupai Sapi Bali tetapi mempunyai punuk walaupun berukuran kecil.

Dengan posisinya sebagai ras murni sapi Indonesia, kemurnian dari Sapi Madura memang harus dipertahankan, alasannya ialah merupakan salah satu kekayaan plasma nutfah Indonesia. Plasma nutfah ialah substansi pembawa sifat keturunan yang sanggup berupa organ utuh atau potongan dari flora atau binatang serta jasad renik. Plasma nutfah merupakan kekayaan alam yang sangat berharga bagi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mendukung pembangunan nasional.

Peraturan wacana Pelestarian Sapi Madura telah dikeluarkan semenjak zaman kolonial Belanda, tertuang dalam staatsblad (lembaran negara) No. 226/1923 dan No. 57/1934, serta No. 115/1937. Tahun 1934 pemerintah juga telah memutuskan bahwa Sapi Madura seragam dalam bentuk dan warna. Bahkan pada pasal 13a Undang-undang No. 6/1967, telah ditetapkan wacana pokok-pokok peternakan dan kesehatan hewan. Yang merupakan upaya untuk mempertahankan populasi, menjaga bentuk,warna kulit, serta meningkatkan kualitas produksi Sapi Madura. Dengan kebijakan ini diharapkan pula sanggup mencegah tersebarnya penularan jenis penyakit antrax dan sapi asing yang selama ini menjadi momok yang angker masyarakat.

Secara umum, Sapi Madura mempunyai beberapa keunggulan menyerupai :
Praktis dipelihara.
Praktis berbiak dimana saja.
Tahan terhadap aneka macam penyakit.
Tahan terhadap pakan kualitas rendah.

Dengan kelebihan-kelebihan tersebut , Sapi Madura banyak diminati oleh para peternak bahkan para peneliti dari Negara lain. Sudah banyak Sapi Madura dikirim ke tempat lain, apabila tidak diperhitungkan dengan baik, sanggup jadi populasi Sapi Madura di pulau Madura akan terkuras serta mengancam kemurnian ras-nya.

Penelitian untuk meningkatkan keunggulan Sapi Madura pun telah dilakukan. Pada tahun 1957 telah dicoba meningkatkan mutu genetik dengan menyilangkan Sapi Madura dengan Sapi Red Deen. Selain itu juga dilakukan program-program upgrading atau pengembangan genetik ternak dengan cara inseminasi. Salah satu kesannya ialah keturunan Sapi Madura yang disebut “Sapi Madrasin”, yaitu Sapi Madura yang dikawinsilangkan dengan Sapi Limousin, yang mempunyai beberapa keunggulan yaitu : mempunyai daya tahan fisik yang cukup berpengaruh dan kualitas daging yang sangat anggun Ada pula istilah “Sapi Madrali”, yaitu Sapi Madura yang dikawinsilangkan dengan “Sapi Australi” jenis Santa gertrudis.

Namun tak sanggup dipungkiri, dari waktu ke waktu ada kecenderungan menurunnya produktivitas Sapi Madura, atau terjadi pergeseran nilai (produktivitas) dari waktu ke waktu, yang hingga ketika ini belum diketahui dengan terang faktor penyebabnya.
Beberapa upaya telah dilakukan melalui seleksi calon pejantan, seleksi bibit, perbaikan mutu pakan, tatalaksana pemeliharaan dan penanganan faktor sosial ekonomi pemeliharaan. Pemerintah pun telah memberlakukan peraturan dimana sapi jenis lain dihentikan masuk pulau Madura. Sedangkan sapi Madura bebas diperdagangkan maupun dikembang biakan keluar di tempat lain, dengan jumlah yang dikontrol ketat.

Sapi dalam kehidupan masyarakat Madura, memang mempunyai tempat yang khusus. Jasanya terhadap para petani tidak sanggup dipandang sebelah mata. Tanah pertanian yang tandus tetap sanggup ditanami dengan proteksi Sapi. Alat transportasi yang sulit didapat dipedalaman Madura juga sanggup teratasi dengan tenaga sapi yang di padukan dengan pedati, yang di sebut dengan “Sapi Pajikaran”

Sapi Madura betina dengan kualitas anggun mempunyai tugas sebagai “ Sapi Pangorbi” ( induk betina ) untuk diambil anaknya (keturunannya). Sapi bagi petani juga merupakan investasi menyerupai tabungan yang gampang dijadikan uang pada ketika diperlukan.

Bukan hanya mempunyai tempat khusus di kehidupan para petani di Madura, Sapi Madura juga membawa dampak terhadap tradisi budaya yang memperlihatkan imbas positip terhadap kelestarian Sapi Madura ini. Sapi Madura berjenis kelamin jantan, dimanfaatkan sebagai “Sapi Kerapan”, sebagai potongan dari budaya tradisi pertanian ,yang nantinya menjadi salah satu aset pariwisata yang penting di tanah Madura.

Sedangkan untuk Sapi Madura berjenis kelamin betina, selain dijadikan “Sapi Pangorbi”, juga dijadikan “Sapi Phajangan” atau “Sapi Lotrengan” atau juga sebagai “Sapi Sono”. Sampai ketika ini “Sapi Sono” masih menjadi potongan dari tradisi petani di sumenep dan Pamekasan. Di tempat Sumenep pemeliharaan “ Sapi Sono” masih sanggup ditemukan di tempat Ganding , Batu putih , bluto dan Batang.

 Artikel Terkait :
Sapi Madura
Sapi Peranakan Ongole - PO
Sapi Brahman Cross
Sapi Angus
Sapi Hereford
Sapi Shorthorn
Sapi Limousin
Sapi Brahman
Sapi Simmental

Tips Cara Merawat Dan Memelihara Pedet

Manajemen pemeliharaan pedet merupakan salah satu bab dari proses penciptaan bibit sapi yang bermutu. Untuk itu maka sangat diharapkan penanganan yang benar mulai dari sapi itu dilahirkan hingga mencapai usia sapi dara. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan diantaranya :

Pedet Limosin

I. Penanganan Pedet pada ketika lahir
Bersihkan semua lendir yang ada dimulut dan hidung harus dibersihkan demikian pula yang ada dalam tubuhnya memakai handuk yang bersih.
Buat pernapasan buatan bila pedet tidak bisa bernapas.
Potong tali pusarnya sepanjang 10 cm dan diolesi dengan iodin untuk mencegah benjol kemudian diikat.
Berikan jerami kering sebagai alas.
Beri colostrum secepatnya paling lambat 30 menit sesudah lahir.

II. Pemberian Pakan Anak Sapi / Pedet
Pedet yang terdapat di BET semaksimal mungkin mendapat asupan nutrisi yang optimal. Nutrisi yang baik ketika pedet akan memperlihatkan nilai nyata ketika lepas sapih, dara dan siap jadi bibit yang prima. Sehingga produktivitas yang optimal sanggup dicapai. Pedet yang lahir dalam kondisi sehat serta induk sehat di satukan dalam sangkar bersama dengan induk dengan diberi sekat semoga pergerakan pedet terbatas. Diharapkan pedet mendapat susu secara ad libitum, sehingga nutrisinya terpenuhi.
Selain itu pedet sanggup mulai mengenal pakan yang dikonsumsi induk yang kelak akan menjadi pakan hariannya pedet tersebut sesudah lepas sapih. Perlakuan ini haruslah dalam pengawasan yang baik sehingga sanggup mengurangi kecelakaan baik pada pedet atau induk.
Bagi pedet yang sakit, pedet dipisah dari induk dan dalam perawatan hingga sembuh sehingga pedet siap kembali di satukan dengan induk atau induk lain yang masih menyusui. Selama pedet dalam perawatan susu diberikan oleh petugas sesuai dengan umur dan berat badan.

a. Proses Pencernaan Pada Sapi Pedet.

Untuk sanggup melakukan jadwal pertolongan pakan pada pedet, ada baiknya kita harus memahami dulu susunan dan perkembangan alat pencernaan anak sapi. Perkembangan alat pencernaan ini yang akan menuntun bagaimana langkah-langkah pertolongan pakan yang benar.

Sejak lahir anak sapi telah memiliki 4 bab perut, yaitu : Rumen (perut handuk), Retikulum (perut jala), Omasum (perut buku) dan Abomasum (perut sejati). Pada awalnya ketika sapi itu lahir hanya abomasum yang telah berfungsi, kapasitas abomasum sekitar 60 % dan menjadi 8 % bila nantinya telah dewasa. Sebaliknya untuk rumen semula 25 % menjelma 80 % ketika dewasa. Waktu kecil pedet hanya akan mengkonsumsi air susu bertahap dan secara bertahap anak sapi akan mengkonsumsi calf starter (konsentrat untuk awal pertumbuhan yang padat akan gizi, rendah serat berangasan dan bertekstur lembut) dan selanjutnya mencar ilmu menkonsumsi rumput. Pada ketika kecil, alat pencernaan berfungsi ibarat mirip binatang monogastrik.

Pada ketika pedet air susu yang diminum akan eksklusif disalurkan ke abomasum, berkat adanya akses yang disebut “Oeshopageal groove”. Saluran ini akan menutupi bila pedet meminum air susu, sehingga susu tidak jatuh ke dalam rumen. Bila ada pakan pada baik konsentrat atau rumput, akses tersebut akan tetap membuka, sehingga pakan padat jatuh ke rumen. Proses membuka dan menutupnya akses ini mengikuti pergerakan refleks. Semakin besar pedet, maka gerakan reflek ini semakin menghilang. Selama 4 ahad pertama sesungguhnya pedet hanya bisa mengkonsumsi pakan dalam bentuk cair.

Zat masakan atau masakan yang sanggup dicerna pada ketika pedet yaitu : protein air susu casein), lemak susu atau lemak binatang lainnya, gula-gula susu (laktosa, glukosa), vitamin dan mineral. Ia bisa memanfaatkan lemak terutama lemak jenuh ibarat lemak susu, lemak hewan, namun kurang sanggup memanfaatkan lemak tak jenuh contohnya minyak jagung atau kedelai. Sejak umur 2 ahad sapi pedet sanggup mencerna pati-patian, sesudah itu secra cepat akan diikuti kemampuan untuk mencerna karbohidrat lainnya (namun tetap tergantung pada perkembangan rumen). Vitamin yang dibutuhkan pada ketika pedet yaitu vitamin A, D dan E. Pada ketika lahir vitamin-vitamin tersebut masih sangat sedikit yang terkandung di dalam kolostrum sehingga perlu diinjeksi ketiga vitamin itu pada ketika gres lahir.

Dalam kondisi normal, perkembangan lat pencernaan dimulai semenjak umur 2 minggu. Populasi mikroba rumennya mulai berkembang sesudah pedet mengkonsumsi pakan kering. Semakin besar pedet maka ia akan mencoba mengkonsumsi banyak sekali jenis pakan dan akan menggertak komponen perutnya berkembang dan mengalami modifikasi fungsi. Anak sapi / pedet dibentuk sedikit lapar, semoga cepat terangsang mencar ilmu makan padatan (calf starter). Pedet yang gres lahir memiliki sedikit cadangan masakan dalam tubuhnya. Bila pertolongan masakan sedikit dibatasi (dikurangi), akan memperlihatkan kesempatan pedet mengikuti keadaan terhadap perubahan kondisi pakan, tanpa terlalu banyak mengalami stress/cekaman.

Tahap mencapai alat pencernaan sapi bakir balig cukup akal umunya pada umur 8 minggu, namu pada umur 8 ahad kapasitas rumen masih kecil, sehingga pedet belum sanggup mencerna/memanfaatkan rumput atau masakan berangasan lainnya secar maksimal.

Umur mencapai tahapan ini sangat dipengaruhi oleh tipe pakannya ( yaitu berapa usang dan banyak air susu diberikan, serta kapan mulai diperkenalkan pakan kering). Setelah disapih, pedet akan bisa memanfaatkan protein vegetal dan sesudah penyapihan perkembangan alat pencernaan sangat cepat.

b. Jenis-jenis Bahan Pakan Anak Sapi / Pedet

Jenis materi pakan untuk anak sapi sanggup digolongkan menjadi 2 yaitu:

- Pakan cair/likuid : kolostrum, air susu normal, milk replacer.

- Pakan padat/kering : konsentrat pemula (calf starter).

Agar pertolongan setiap pakan tepat waktu dan tepat jumlah, maka karakteristik nutrisi setiap pakan untuk pedet perlu diketahui sebelumnya.

b. 1 Kolostrum

Kolostrum yaitu air susu yang dikeluarkan dari ambing sapi yang gres melahirkan, berwarna kekunig-kuningan dan lebih kental dari air susu normal.

Komposisi kolostrum :
Kolostrum lebih banyak mengandung energi, 6X lebih banyak kandungan proteinnya, 100X untuk vitamin A dan 3X lebih kaya akan mineral dibanding air susu normal.
Mengandung enzym yang bisa menggertak sel-sel dalam alat pencernaan pedet supaya secepatnya sanggup berfungsi (mengeluarkan enzim pencernaan).
Kolostrum mengandung sedikit laktosa sehingga mengurangi resiko diare.
Mengandung inhibitor trypsin, sehingga antibodi sanggup diserap dalam bentuk protein.
Kolostrum kaya akan zat antibodi yang berfungsi melindungi pedet yang gres lahir dari penyakit infeksi.
Kolostrum sanggup juga menghambat perkembangan basil E. coli dalam usus pedet (karena mengandung laktoferin) dalam waktu 24 jam pertama.

Mutu Kolostrum :

Warna dan kekentalannya membuktikan kualitasnya (kental dan lebih kekuning-kuningan akan lebih baik, alasannya yaitu kaya akan imonoglobulin). Kualitas kolostrum akan rendah apabila : Lama kering induk bunting, kurang dari 3 – 4 minggu, sapi terus diperah hingga ketika melahirkan. Sapi induk terlalu muda, ambing dan puting susu tidak segera dibersihkan ketika melahirkan maupun ketika akan diperah.

b .2 Milk Replacer atau Pengganti Air Susu (PAS)

Pada fase pertolongan susu untuk pedet, air susu sapi orisinil sanggup diganti memakai Milk Replacer/PAS. Milk Replacer yang baik kualitasnya sanggup memperlihatkan pertambahan bobot tubuh yang sama dengan bila diberi air susu hingga umur 4 minggu. Namun kadang kala pertolongan milk replacer menyebabkan sapi lambat bakir balig cukup akal kelamin dan sering menyebabkan pedet kegemukan. Milk replacer yang baik dibentuk dari materi baku yang berasal dari produk air susu yang baik ibarat ; susu skim, whey, lemak susu dan serealia dalam jumlah terbatas. Milk replacer sebaiknya diberikan pada ketika pedet berusia antara 3 – 5 ahad dan jangan diberikan kepada pedet yang berusia kurang dari 2 minggu. Pedet yang berusia kurang dari 2 ahad belum bisa mencerna pati-patian dan protein selain casein (protein susu).

Milk replacer yang baik memiliki standar komposisi sebagi berikut :

Protein 20%, lemak 12%, serat kurang dari 0.25% dan juga mengandung antibiotik untuk mencegah diare. Selain antibiotik juga sanggup memperlihatkan faedah dalam nafsu makan, kehalusan bulu yang halus, pertambhan bobot tubuh dan efisien penggunaan pakan. Anti biotik yang sering dipakai yaitu Klortetrasiklin dan oksitetrasiklin. Frekuensi pertolongan sama dengan pertolongan air susu harus lebih dari 1X dalam 1 hari dan yang terpenting harus teratur waktu dan jumlahnya.



III. Manajemen Pemeliharaan Pedet Baru Lahir dan Pemberian kolostrum.

Pemeliharaan pedet harus memerlukan perhatian yang khusus, berbeda dengan pemeliharaan sapi ternak dewasa, terutama dalam penanganan mulai kelahiran hingga pertolongan pakan dan penanganan penyakit selama masa pertumbuhannya.

a. Manajemen Pemberian Kolostrum 1 – 4 hari Pasca Kelahiran.

- Segera bersihkan ambing dan puting induk pasca melahirkan dengan memakai air hangat.

- Usahakan pedet sanggup segera ( dalam waktu kurang dari 15 – 30 menit ) menyusu pada induknya (induk dan pedet jangan dipisah dulu, semoga pedet sanggup eksklusif menyusu pada induknya. Selain itu dengan menyusu, akan merangsang sekresi oksitosin yang menggertak pergerakan uterus, sehingga kotoran yang ada dalam uterus induk sesudah melahirkan sanggup dibersihkan.

- Bila pedet tidak sanggup menyusu pada induknya maka di perah kolostrum dari induk sebanyak 1 liter.

- Berikan segera ke pedet dalam waktu 15 – 30 menit.

- Berikan kembali kolostrum dalam 2X pertolongan berikutnya masing-masing 2 liter/pemberian dalam waktu 12 – 24 jam berikutnya semenjak lahir.

- Kapasitas normal pedet yang gres lahir yaitu 1 liter, dengan demikian kolostrum tidak sanggup diberikan secara sekaligus, perlu dilakukan beberapa kali dalam sehari.

- Untuk hari-hari berikutnya, selama 3 hari berikutnya, berikan kolostrum 4 – 6 liter/hari dalam 3 kali pertolongan (1.5 – 2 liter /pemberian).

- Kualitas kolostrum memilih konsumsi antibodi pedet dalam darahnya, bila kurang memadai peluang hidup 30 % dan bila baik sanggup menjadi 95 %.



b. Manajemen Pemberian Susu 4 hari – 12 ahad (penyapihan)

- Pemberian susu pasca kolostrum sanggup dimulai semenjak pedet berumur 3 – 4 hari.

- Pemberiannya perlu dibatasi berkisar 8 – 10 % bobot tubuh pedet. Misalnya pedet bobot badannya 50 kg, maka air susu yang diberikan 4 – 5 liter/ekor/hari.

- Pemberian susu diberikan secara bertahap dalam 1 hari 2 – 3 kali pemberian.

- Jumlah air susu yang diberikan akan terus meningkat hingga menginjak usia 2 bulan (8 minggu) diadaptasi bobot tubuh sapi dan akan terus menurun hingga ke fase penyapihan di usia 3 bulan (12 minggu). (dapat dilihat di tabel pemeliharaan pedet).

- Hindari pertolongan susu berlebih dan berganti-ganti waktu secara mendadak. Over feeding akan memperlambat penyapihan dan akan mengurangi konsumsi materi kering dan akan menyebabkan diare.

- Jangan memperlihatkan air susu yang mengandung darah dari induk yang terkena benjol (suhu tubuhnya meningkat).

c. Manajemen Pemberian Pakan Awal/Pemula (Calf Starter)

Pemberian calf starter sanggup dimulai semenjak pedet 2 – 3 ahad (fase pengenalan). Pemberian calf starter ditujukan untuk membiasakan pedet sanggup mengkonsumsi pakan padat dan sanggup mempercepat proses penyapihan hingga usia 4 minggu. Tetapi untuk sapi – sapi calon bibit dan donor penyapihan dini kurang diharapkan.

Penyapihan (penghentian pertolongan air susu) sanggup dilakukan apabila pedet telah bisa mengkonsumsi konsetrat calf starter 0.5 – 0.7 kg kg/ekor/hari atau pada bobot pedet 60 kg atau sekitar umur 1 – 2 bulan. Tolak ukur kualitas calf starter yang baik yaitu sanggup memperlihatkan pertambahan bobot tubuh 0.5 kg/hari dalam kurun waktu 8 minggu. Kualitas calf starter yang dipersyaratkan : Protein Kasar 18 – 20%, TDN 75 – 80%, Ca dan P, 2 banding 1, kondisi segar, palatable, craked.

d. Manajemen Pemberian Pakan Hijauan

Pemberian hijauan kepada pedet yang masih menyusu, hanya untuk diperkenalkan saja guna merangsang pertumbuhan rumen. Hijauan tersebut sesungguhnya belum sanggup dicerna secara tepat dan belum memberi andil dalam memasok zat makanan.

· Perkenalkan pertolongan hay/rumput semenjak pedet berumur 2 – 3 minggu. Berikan rumput yang berkualitas baik yang bertekstur halus.

· Jangan memperlihatkan silase pada pedet (sering berjamur), selain itu pedet belum bisa memanfaatkan asam dan NPN yang banyak terdapat dalam silase.

· Konsumsi hijauan harus mulai banyak sesudah memasuki fase penyapihan.
(Sumber: Balai Embrio Ternak)
 Artikel Terkait :
Sapi Madura
Sapi Peranakan Ongole - PO
Sapi Brahman Cross
Sapi Angus
Sapi Hereford
Sapi Shorthorn
Sapi Limousin
Sapi Brahman
Sapi Simmental