SEEKOR paus sepanjang 9,5 meter ditemukan membusuk di perairan Desa Kapota, Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Utara pada Senin (19/11/2018) lalu.
Bau menyengat yang keluar dari bangkai paus itu sempat mengagetkan warga sekitar. Saleh Hanan dari Yayasan Wakatobi memprediksi tamat hidup paus tersebut semenjak 2 ahad yang lalu.
Lebih jelek lagi, para peneliti menemukan sekitar 5,9 kg sampah plastik di dalam perut paus malang ini, mulai dari botol plastik, sandal jepit, dan yang terberat ialah gelas plastik (115 biji, 750 gram).
Sontak info ini menjadi sorotan media dan menjadikan keprihatian para penggerak lingkungan. Dilihat dari fakta-fakta yang ada, Dwi Suprapti, koordinator konservasi spesies maritim WWF Indonesia mengatakan, bukan hal tidak mungkin penyebab tamat hidup paus tersebut ialah plastik-plastik yang dicernanya.
Pada Juni lalu, juga ditemukan seekor paus pilot mati di penggalan selatan Thailand lantaran pencernaannya terganggu oleh 80 kantong plastik yang ditelannya. PBB menyatakan kehidupan biota maritim menghadapi “kerusakan yang tak dapat diperbaiki” akhir sekitar 10 juta limbah plastik yang terbuang ke maritim tiap tahun.
Sikap Seorang Muslim
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
“Telah muncul kerusakan di darat dan di maritim disebabkan perbuatan tangan manusia. Allah menginginkan mereka mencicipi sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, biar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. Ar-Rum: 41).
Menjaga lingkungan ialah salah satu pedoman Islam yang amat penting. Bumi ialah amanah yang harus kita jaga. Realita yang kita hadapi dikala ini mengharuskan kita untuk memikirkan kembali gaya hidup dan perbuatan kita dan apa pengaruhnya terhadap lingkungan.
Di dalam al-Qur’an, Allah menegaskan untuk tidak melaksanakan pemborosan. Pemborosan atau perilaku berlebih-lebihan dihentikan dalam aneka macam hal. Jika kita menjauhi larangan ini, bergotong-royong ia turut menjaga lingkungan.
Suatu ketika Rasulullah ﷺ melewati Sa’ad sedang berwudhu (dan banyak memakai air). Beliau bertanya, “Mengapa boros, wahai Sa’ad?”. Sa’ad menjawab, “Apakah ada pemborosan air dalam berwudhu?”, Rasul menjawab, “Ya, walaupun kau berada di sungai yang mengalir.” (HR. Ibn Majah dan Ahmad).
Pada dikala itu Sa’ad galau dengan pernyataan Rasulullah. Maka hari ini terbukti bahwa melindungi lingkungan, khususnya sumber air, ialah suatu kewajiban.
Korban Keserakahan Manusia
Allah menyebutkan secara gamblang dalam al-Qur’an bahwa semua binatang ialah layaknya ummat ibarat manusia, “Dan tiadalah hewan-hewan yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya melainkan ummat (juga) ibarat kamu. Tidaklah kami melewatkan sesuatupun dalam al-Kitab, kemudian kepada Tuhanlah mereka dikumpulkan (QS. Al-An’am: 38)
Setiap jenis binatang memainkan kiprahnya dalam menjaga keseimbangan alam di bumi. Ketika seluruh spesies punah, keseimbangan ini akan terganggu dan mempunyai dampak negatif terhadap lingkungan dan juga kita. Begitu juga dengan tanaman. Salah satu pola kasatmata di negara kita, banyak perusahaan sawit yang memperluas lahan dengan aben hutan secara ilegal, mengakibatkan polusi udara dan mengusir semua spesies orisinil hutan yang terancam punah ibarat gajah, orang utan, dan harimau.
Ilmu pengetahuan dan logika memang memberi tahu kita untuk menjaga lingkungan lantaran dari sanalah sumber kebutuhan dan kawasan tinggal kita. Namun, jikalau kepercayaan tidak ada dalam hati kita, egolah yang dipertuhankan.
Egoisme untuk memperoleh bahan dengan cara apapun tidak ada batasnya dan akan berakhir dengan pengrusakan di muka bumi ini. Al-Qur’an menggambarkan sifat orang ibarat ini dengan jelas, “dan apabila ia berpaling (darimu), ia berjalan di bumi untuk mengadakan kerusakan padanya dan merusak tanaman-tanaman dan binatang ternak. Dan Allah tidak menyukai kerusakan.” (QS. Al-Baqarah 205).
Islam ialah agama yang mengajak penganutnya untuk taat pada perintah Rabb-nya, yang Maha Tahu apa yang terbaik bagi hambanya. Menjaga lingkungan pun tercatat sebagai amal ibadah yang luar biasa di sisi Allah.
Berkaca dari tragedi alam ikan paus di Wakatobi, sudah saatnya kita mengurangi sampah yang kita hasilkan dari konsumsi plastik. Tindakan kecil ibarat membawa kantong belanja sendiri atau menolak peralatan makan sekali pakai akan sangat berpengaruh. Ingatlah bahwa tidak ada amal yang sia-sia jikalau memang diniatkan untuk kebaikan, “Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan sekecil apapun, pasti ia akan melihat (balasan)nya.” (QS. Az-Zalzalah:1-8).
Sumber hidayatullah.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar