Kabar Gembira Buat kamu yang ga sengaja kunjungi Blog ini !!!

jarang-jarang kamu bisa nemuin Harga SOUVENIR se Murahini..

karena ini kami buat sengaja buat kamu yang ga sengaja berkunjung ke Blog kami dengan ulasan kami selain dari ulasan souvenir

Nah buat kamu yang tertarik dengan Harga-harga souvenir kami, bisa langsung hubungi whatsapp kami di 081296650889 atau 081382658900

caranya screenshoot atau sertakan link url souvenir yang kamu minati pada blog ini, kirimkan kepada kami di nomer yang sudah tertera dia atas

tanpa screenshoot atau link blog kami, kemungkinan kami akan memberikan harga jual yang ada pada toko kami yang cenderung lebih tinggi tentunya

Kamis, 31 Januari 2019

Kayu Dan Getah Pohon Pinus: Manfaat Kesehatan Tersembunyi Dari Pohon Pinus

Manfaat Kayu dan Getah Pohon Pinus Bagi Industri dan Kesehatan
Pohon Pinus. Pohon pinus identik dengan daerah  pegunungan alasannya memang habitat hidupnya sebagaian besar flora ini di tempat dataran tinggi. Bagi para pendaki gunung, pohon pinus yakni menyerupai teman perjalanan yang selalu setia menemani pendakian. Banyak manfaat pohon pinus terutama dari kayu dan getahnya, Samingan (1980) dalam Yana Rahyana (1996) membuktikan bahwa sifat-sifat kayu pinus yakni kayunya termasuk kayu ringan sedang berat jenis antara 0,46 – 0,70, bab yang mendukung resin 0,95, kelas kuat II-III dan kelas baka kayu gubal 6-8 cm berwarna putih kekuning – kuningan, kayu ters berwarna lebih tua, coklat atau kemerahan, kekerasan daya kembang susut dan retak sedang, sifat pengerjaan lebih gampang patah tapi agak sulit digergaji. Batang umumnya berbentuk lingkaran dan lurus kulit berwarna coklat tua, kasar, berakar dalam dan menyerpih dalam potongan panjang. 



Getah Pinus. Pohon pinus mempunyai kayu gubal yang didalamnya terdapat sel-sel yang merupakan gudang pati dan persediaan materi lainnya untuk diubah menjadi persenyawaan gres dalam pembentukan sel-sel kayu dan getah. Kayu gubal merupakan pabrik getah, makin tipis kayu gubal bearti makin kecil hasil getahnya, sehingga getah yang dihasilkan berkurang. 

Secara garis besar, faktor-faktor yang kuat terhadap produksi getah pinus antara lain: 
  • Faktor dalam (internal) antara lain jenis pohon, diameter dan kesehatan pohon. 
  • Faktor luar (lingkungan) antara lain jarak tanam, cuaca dan kesuburan tanah. 
  • Faktor perlakuan (manusia ) antara lain, bentuk luka sadapan, arah (letak) luka sadapan dan upaya stimulasi. 

Aliran getah pinus dipengaruhi oleh tiga kondisi penting yaitu : 
  • Mekanisme pertahan fisiololigis yaitu terjadi peningkatan tekanan turgor yang sangat cepat sehingga jaringan epitel mengembang dan akan menyumbat saluran. Ini terjadi pada bab yang jauh dari luka, dimana jaringan masih hidup dan diikuti oleh pengeluaran getah yang sangat aktif.
  • Pengemulsiaan getah didalam ari yang terdapat pada cytoplasma sel, pergerakan serta pengelurannya melalui membran sel epitel ke dalam jalan masuk damar. 
  • Total kehilangan cairan tubuh sel serta pembalseman membran oleh getah. Pada tahap ini fatwa getah akan terhenti.

Pohon pinus dikenal akan aromanya yang menyegarkan. Tak jarang aroma pinus juga dipakai untuk terapi.. Namun ternyata, manfaat pinus tak berhenti hingga di situ. Selain manfaat dari kayu dan getahnya, pohon pinus masih menyimpan manfaat lain untuk kesehatan.



Beberapa Manfaat Pohon Pinus Untuk Kesehatan Tubuh Anda 

Mengobati Penyakit  bronchitis
Kemampuan pinus tak hanya untuk menenangkan diri, tetapi juga bisa meredakan pilek, sinus, sesak napas, dan ronchitis. Caranya mudah, tambahkan tiga tetes minyak esensial pinus pada semangkuk air panas. Kemudian tutupi kepala Anda dengan handuk, dan hirup aroma pinus melalui hidung dan mulut.

Mengurangi rasa nyeri pada otot

Minyak pinus juga bisa dipakai untuk meredakan nyeri otot. Caranya, tambahkan lima tetes minyak pinus dengan dua sendok minyak sayur. Lalu pijatkan pada bab badan yang nyeri otot. Namun pilih minyak pinus P. Pinaster, bukan Scotch pinus (P.sylvestris). Scotch pinus bisa menciptakan kulit iritasi.
 
Pohon Pinus Kaya akan Antioksidan (Flavonoid) dan vitamin C

Pada tahun 1940-an peneliti Prancis menemukan bahwa kulit pohon pinus dan daun jarumnya mengandung banyak vitamin C. Tak hanya itu, mereka juga menemukan bahwa pohon pinus sarat akan antioksidan, yaitu flavonol dan bioflavonoid. Senyawa ini kemudian diekstraksi menjadi Pycnogenol dan dipasarkan menjadi komplemen diet. Pycnogenol juga dipakai sebagai obat jet lag, meringankan peredaran darah, nyeri lutut, kram menstruasi, bahkan obat untuk meningkatkan memori pada orang lanjut usia.

Manfaat Aroma Pinus Untuk Terapi Stress

Penelitian di Universitas Kyoto Jepang menawarkan bahwa berjalan-jalan di hutan pinus selama 15 menit per hari bisa menurunkan stres. Jika di tempat Anda sulit menemukan hutan pinus, maka ini bisa diganti dengan memakai minyak esensial pinus atau cemara. Selain meredakan stres, aroma pinus juga bisa menenangkan emosi.

Teknik Dan Cara Amoniasi Kulit Kopi Sebagai Pakan Ternak Alternatif

Amoniasi Kulit Kopi, Meningkatkan Nilai Gizi dan Umur Penyimpanan (Lebih Awet)

Kulit Kopi
Pakan ternak sapi sanggup berasal dari hijauan maupun limbah industri pertanian, sanggup juga dari pakan buatan pabrik yang lazim disebut konsentrat sapi. Salah satu limbah industri pertanian yang sanggup dimanfaatkan sebagai pakan sapi ialah kulit kopi yang merupakan sisa hasil pengolahan kopi. Kulit kopi yang merupakan limbah kopi sudah usang dimanfaatkan sebagai materi baku pakan ternak, tetapi alasannya ialah kandungan nutrisinya yang rendah, peternak kurang begitu menyukai kulit kopi untuk pakan ternaknya. Solusi untuk meningkatkan kandungan nutrisi dan nilai kecernaan kulit kopi ialah dengan amoniasi kulit kopi. Salah satu hambatan pemanfaatan kulit kopi sebagai pakan ternak ialah kandungan serat kasarnya yang tinggi (33,14%), sehingga tingkat kecernaannya sangat rendah. 

Dengan proses amoniasi, tingkat kecernaan kulit kopi sanggup ditingkatkan. Bukan hanya itu, amoniasi kulit kopi juga sanggup meningkatkan kadar protein serta menghilangkan aflatoksin.

Menurut Zainuddin dan Murtisari (1995) Kulit kopi mengandung:
  • Protein garang 10,4%
  • lemak garang 2,13%
  • serat garang 17,2% (termasuk lignin)
  • abu 7,34%
  • kalsium 0,48%
  • posfor 0,04%
  • Energi metabolis 14,34 MJ/kg.
Namun demikian, menyitir Bressani (1979) menyatakan bahwa kulit kopi  mengandung antinutrisi berupa senyawa kafein 1,3% dan tanin 8,5%. Ditinjau dari teknik pemanfaatannya sebagai komponen pakan ternak ruminansia kecil beberapa peneliti memiliki pendapat yang tidak seragam. Sebagai contoh, Guntoro et al. (2004) melaksanakan pemeraman kulit kopi dengan jamur aspergillus niger terlebih dahulu sebelum mengintroduksikan ke dalam suatu gabungan pakan kambing.

Bahan yang dipakai dalam pembuatan amoniasi kulit kopi:
  • 20 kg kulit kopi kering udara
  • 1 kg urea
  • 14 liter air
  • timbangan
  • gelas ukur
  • terpal plastik
  • kantong plastik (disesuaikan dengan jumlah bahan)
  • ember
  • pengaduk. 
Cara pembuatan amoniasi kulit kopi:
  • Kulit kopi dihamparkan pada terpal / lembaran plastik berukuran 180 x 200 cm2
  • Masukkan 14 liter air ke dalam ember, dan masukkan pula 1 kg urea ke dalamnya
  • Aduk terus hingga semua urea terlarut.
  • Siramkan larutan urea ke kulit kopi secara merata
  • Dibolak-balik hingga seluruh bab kulit lembap oleh larutan tersebut. 
  • Masukkan kulit kopi ke dalam plastik kantong (90x 100 cm) secara rangkap
  • Padatkan kulit kopi dalam kantong  dan diikat erat-erat.
    Pastikan tak ada kebocoran pada kantong plastik. 
  • Setelah empat minggu, amoniasi kulit kopi sudah sanggup dibuka. 
Amoniasi diangin-anginkan selama 1-2 hari, hingga kedaluwarsa menyengat amoniak hilang. Sekarang, hasil amoniasi sanggup dipakai sebagai pakan sapi atau domba.
Kulit kopi yang telah diamonasi memiliki kandungan protein 17,88 %, kecernaan 50 % (semula 40 %), VFA 143 mM (semula 102 mM) dan NH3 12,04 mM (semula 4,8 mM). 
Struktur dinding sel kulit kopi juga menjadi lebih amorf dan tidak berdebu, sehingga lebih gampang ditangani. Dalam keadaan tertutup (plastik belum dibuka / dibongkar), materi pakan yang diamoniasi sanggup tahan lama.

Jadi disamping untuk meningkatkan nilai nutrisi yang terkandung dalam kulit kopi, fungsi amoniasi juga untuk memperlama daya tahan kulit kopi ketika disimpan meskipun dalam keadaan yang benar-benar kering kulit kopi juga tahan usang selama disimpan ditempat yang kering tidak terkena air.

Panduan Singkat Cara Okulasi Tumbuhan Buah Yang Benar Untuk Perbanyakan Tanaman

Bagaimana Cara Yang Benar Saat Melakukan Okulasi Tanaman Buah?

Okulasi yaitu salah satu cara meningkatkan mutu tumbuhan dengan cara menempelkan sepotong kulit pohon yg bermata tunas dari batang atas pada suatu irisan dari kulit pohon lain dari batang bawah sehingga tumbuh bersatu menjadi tumbuhan yang baru. Dengan kata lain, Okulasi yaitu proses perbanyakan tumbuhan secara vegetatif dengan cara mengabungkan bab 2 bab badan tumbuhan yang berbeda. Secara umum Okulasi di definisikan sebagai penempelan mata tunas suatu tumbuhan ke kulit tumbuhan lain untuk mendapat varietas tumbuhan yang lebih baik. Okulasi merupakan salah satu cara untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas tumbuhan. Tunas hasil okulasi akan tumbuh dan berkembang dengan mengambil sifat-sifat secara umum dikuasai dari kedua tumbuhan asal.
Untuk memperbanyak tumbuhan buah banya cara yang sanggup dilakukan antara lain Okulasi, Cangkok, Sambung Pucuk dan penaman dengan biji. Masing-masing cara tersebut niscaya ada kelebihan dan kelemahannya, tinggal kita pilih sesuai kebutuhan kita dalam memperbanyak tumbuhan buah.

Cara OKULASI pada Tanaman Buah
Okulasi termasuk cara perbanyakan tumbuhan yang cukup populer. Pasti sudah banyak yang tahu cara okulasi. Hanya saja okulasi tak sanggup sembarangan dilakukan. Harus tahu langkah-langkahnya. Pada dasarnya langkah2 Okulasi sanggup di jelaskan sebagai berikut :

  1. Batang bawah disayat, berukuran lebar 1 cm panjang 2 cm kemudian ditarik kebawah hingga mirip pengecap kemudian baigain pengecap dipotong separuhnya.
  2. Mata tunas (entres) pada cabang disayat bersama sebagian kayunya dari arah bawah keatas sepanjang 2 cm, kemudian bab kayu dikelupas.
  3. Mata tunas (entres) ditempelkan / disisipkan pada celah sayatan batang bawah hingga benar-benar menyatu.
  4. Pada bidang tempelan (okulasi) dibalut dengan plastik bersih mulai dari tempelan bawah hingga keatas dan berakhir dibawah lagi.
  5. Pada umur 4-6 ahad sesudah penempelan pembalut plastic sanggup dibuka untuk mengetahui keberhasilannya.
  6. Apabila mata tempel menyatu dan berwarna hijau segar berarti okulasi berhasil, namun bila berwarna coklat hingga hitam dan kering berarti penempelan gagal.
Tips biar Okulasi Berhasil

Memilih mata
Ketepatan menentukan mata tunas yang akan ditempel merupakan salah satu kunci keberhasilan okulasi. Mata tunas yang dipilih harus yang berpotensi tumbuh. Ciri-cirinya? Pada tumbuhan jambu dan mangga, pilih mata tunas yang sudah keluar tunas kecil.
Sementara untuk tumbuhan lain, Adung alias Abdul Ghani menyarankan mata yang sama sekali belum bertunas. Untuk mangga dan duren sering diakali dengan cara perompesan/pelerengan. Caranya? Pangkas habis daun pada pucuk pohon mangga. Perompesan daun akan memacu tumbuhnya tunas baru. Nah, tunas gres itulah yang sanggup dipakai.

Cara menyayat
Perhatikan juga cara menciptakan sayatan batang induk dan batang atas. Kayu dari pohon induk tak boleh tersayat. Bahkan kambium, semacam lendir licin yang melekat pada kayu induk tak boleh hilang. Soalnya kambium berfungsi untuk lalu-lintas masakan dari daun ke badan tanaman. Kalau kambium hilang suplai masakan ke mata tempel tidak ada. Tunas gres pun tidak bakal tumbuh. Tak boleh ada kayu yang tertinggal di kulit mata tempel. Supaya gampang dalam menciptakan sayatan, potong cabang yang akan diambil mata tempelnya. Siapkan dulu mata tempel dari cabang atas. Baru kemudian sayat pohon induk. Tujuannya biar kambium tidak kering. Pakailah pisau yang tajam dan steril supaya hasil sayatannya rapi dan higienis.


Cara mengikat
Mengikat mata tempel juga dihentikan sembarangan. Ikatan harus rapat hingga angin tak sanggup masuk ke tempelan. Harus pas, dihentikan terlalu kencang tidak juga terlalu longgar. Kulit mata tunas melekat dengan tepat sudah cukup. Kalau terlalu kencang, sanggup tercekik.
Mata tunas boleh ikut ditutup, boleh juga tidak ditutup. Mata tunas yang ditutup punya kelebihan. Gangguan dari luar, terutama air tidak sanggup masuk. Tapi ikatan pada mata tunas tak boleh kencang. Supaya tunas sanggup tumbuh. Kalau mata tunas tidak ditutup harus dipastikan air tidak menyentuh tempelan. Soalnya, entres sanggup amis jikalau kena air.

Kecepatan kerja
Sewaktu melaksanakan okulasi, kerja harus cepat. Sayatan di pohon induk dihentikan terlalu usang di udara terbuka. Begitu juga dengan sayatan mata tempel. Kalau terlalu usang kambium pada kayu sanggup kering. Agar kerja sanggup cepat dan tak terganggu, sebaiknya siapkan semua alat dan materi yang diperlukan terlebih dahulu. Agar sewaktu bekerja tak lagi perlu cari-cari alat yang dibutuhkan. Siapkan dulu mata tempel, gres sayat batang induk. Ada lagi cara untuk menyiasati kelambatan kerja. Bekerjalah di daerah yang teduh. Sebaiknya lakukan pada pagi atau sore hari. Terik matahari tentu akan mempercepat, kambium menjadi kering. Sebaiknya letakkan hasil okulasi di daerah teduh. Selain menghindari terik matahari, juga biar tak ada air yang masuk ke sambungan.

Sumber:ayoberkebun-hervin.blogspot.com

Tips Singkat Dan Gampang Cara Menyadap Pohon Karet Dan Waktu Penyadapan Yang Tepat

Kapan Pohon Karet Siap Di Sadap Getah Karetnya?

Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi, besar dan berbatang cukup besar, tinggi pohon sampaumur mencapai 15-25 meter. Tumbuh lurus dan mempunyai percabangan yang tinggi diatas. Batang tumbuhan ini mengandung getah yang dikenal dengan nama lateks. Karet ialah polimer hidrokarbon yang terkandung pada lateks beberapa jenis tumbuhan. Sumber utama produksi karet dalam perdagangan internasional ialah para atau Hevea brasiliensis (suku Euphorbiaceae). Karet alam mempunyai sifat daya elastisitas dan daya lentur yang baik, plastis, tidak gampang panas, dan tidak gampang retak. Berbagai jenis karet alam yaitu: Bahan olah karet. yaitu materi mentah yang dipakai untuk pengolahan di pabrik.
Kapan Waktu Yang Tepat Untuk Menyadap Pohon Karet? Tanaman karet siap sadap jikalau sudah matang sadap pohon. Matang sadap pohon tercapai apabila sudah bisa diambil lateksnya tanpa mengakibatkan gangguan terhadap pertumbuhan dan kesehatan tanaman. Kesanggupan tumbuhan untuk disadap sanggup ditentukan menurut “umur dan lilit batang”.

Diameter untuk pohon yang layak sadap sedikitnya 45 cm diukur 100 cm dari pertautan sirkulasi dengan tebal kulit minimal 7 mm dan tumbuhan tersebut harus sehat. Pohon karet biasanya sanggup disadap setelah berumur 5-6 tahun. Semakin bertambah umur tumbuhan semakin meningkatkan produksi lateksnya (Santosa, 2007).

Mulai umur 16 tahun produksi lateksnya sanggup dikatakan stabil sedangkan setelah berumur 26 tahun produksinya akan menurun.

Penyadapan dilakukan dengan memotong kulit pohon karet hingga batas kambium dengan memakai pisau sadap. Jika penyadapan terlalu dalam sanggup membahayakan kesehatan tanaman, dan juga untuk mempercepat kesembuhan luka sayatan maka dibutuhkan sadapan tidak menyentuh kayu (xilem) akan tetapi paling dalam 1,5 mm sebelum kambium (Radjam, 2009).

Sadapan dilakukan dengan memotong kulit kayu dari kiri atas ke kanan bawah dengan sudut kemiringan 30˚ dari horizontal dengan memakai pisau sadap yang berbentuk V. Semakin dalam sadapan akan menghasilkan banyak lateks. Pada proses penyadapan perlu dilakukan pengirisan. Bentuk irisan berupa susukan kecil, melingkar batang arah miring ke bawah.. Melalui susukan irisan ini akan mengalir lateks selama 1-2 jam. Sesudah itu lateks akan mengental. Lateks yang yang mengalir tersebut ditampung ke dalam mangkok aluminium yang digantungkan pada penggalan bawah bidang sadap. Sesudah dilakukan sadapan, lateks mengalir lewat aluran V tadi dan menetes tegak lurus ke bawah yang ditampung dengan wadah (Anwar, 2001).

Waktu terbaik menyadap karet:
Waktu penyadapan yang baik ialah jam 5.00 – 7.30 pagi dengan dasar pemikirannya:

Jumlah lateks yang keluar dan kecepatan pedoman lateks dipengaruhi oleh tekanan turgor sel
Tekanan turgor mencapai maksimum pada dikala menjelang fajar, kemudian menurun jikalau hari semakin siang. Pelaksanaan penyadapan sanggup dilakukan dengan baik jikalau hari sudah cukup jelas (Nazaruddin dan Paimin, 1998).

Tanda-tanda kebun mulai disadap ialah umur rata-rata 6 tahun atau 55% dari areal 1 hektar sudah mencapai lingkar batang 45 Cm hingga dengan 50 Cm. Disadap berselang 1 hari atau 2 hari setengah lingkar batang, denga sistem sadapan/rumus S2-D2 atau S2-D3 hari (Maryadi, 2005).

Waktu bukaan sadap ialah 2 kali setahun yaitu, pada (a) permulaan ekspresi dominan hujan (Juni) dan (b) permulaan masa intensifikasi sadapan (bulan Oktober). Oleh sebab itu, tidak secara otomatis tumbuhan yang sudah matang sadap kemudian pribadi disadap, tetapi harus menunggu waktu tersebut di atas datang (Anwar, 2001).

Tanaman karet siap sadap jikalau sudah matang sadap pohon. Matang sadap pohon tercapai apabila sudah bisa diambil lateksnya tanpa mengakibatkan gangguan terhadap pertumbuhan dan kesehatan tanaman. Kesanggupan tumbuhan untuk disadap sanggup ditentukan menurut “umur dan lilit batang”. Diameter untuk pohon yang layak sadap sedikitnya 45 cm diukur 100 cm dari pertautan sirkulasi dengan tebal kulit minimal 7 mm dan tumbuhan tersebut harus sehat. Pohon karet biasanya sanggup disadap setelah berumur 5-6 tahun. Semakin bertambah umur tumbuhan semakin meningkatkan produksi lateksnya. Mulai umur 16 tahun produksi lateksnya sanggup dikatakan stabil sedangkan setelah berumur 26 tahun produksinya akan menurun (Santosa, 2007).

Penyadapan dilakukan dengan memotong kulit pohon karet hingga batas kambium dengan memakai pisau sadap. Jika penyadapan terlalu dalam sanggup membahayakan kesehatan tanaman, dan juga untuk mempercepat kesembuhan luka sayatan maka dibutuhkan sadapan tidak menyentuh kayu (xilem) akan tetapi paling dalam 1,5 mm sebelum cambium (Aidi dan Daslin, 1995).

Sadapan dilakukan dengan memotong kulit kayu dari kiri atas ke kanan bawah dengan sudut kemiringan 30˚ dari horizontal dengan memakai pisau sadap yang berbentuk V. Semakin dalam sadapan akan menghasilkan banyak lateks. Pada proses penyadapan perlu dilakukan pengirisan. Bentuk irisan berupa susukan kecil, melingkar batang arah miring ke bawah.. Melalui susukan irisan ini akan mengalir lateks selama 1-2 jam. Sesudah itu lateks akan mengental. Lateks yang yang mengalir tersebut ditampung ke dalam mangkok aluminium yang digantungkan pada penggalan bawah bidang sadap. Sesudah dilakukan sadapan, lateks mengalir lewat aluran V tadi dan menetes tegak lurus ke bawah yang ditampung dengan wadah (Maryadi, 2005).

Lateks ialah getah ibarat susu dari banyak flora yang membeku ketika terkena udara. Ini merupakan emulsi kompleks yang mengandung protein, alkaloid, pati, gula, minyak, tanin, resin, dan gom. Pada banyak flora lateks biasanya berwarna putih, namun ada juga yang berwarna kuning, jingga, atau merah Untuk memperoleh hasil sadap yang baik, penyadapan harus mengikuti hukum tertentu semoga diperoleh hasil yang tinggi, menguntungkan, serta berkesinambungan dengan tetap memperhatiakan faktor kesehatan tumbuhan semoga tumbuhan sanggup berproduksi secara optimal dan dalam waktu yang usang (Siregar, 1995).

Dalam praktiknya untuk kelangsungan produksi, hal yang sangat fundamental ialah di dalam pemulihan bidang sadap. Agar bidang sadap sanggup kembali pulih tentu ada yang dipelukan di dalam penyadapanya. Menghindari penggunaan Ethepon pada pohon yang kena kekeringan alur sadap adalahsalah satu cara semoga bidang sadp sanggup kembali pulih dan pohon yang mengalami kekeringan alur sadap perlu diberikan pupuk ekstra untuk mempercepat pemulihan kulit (Santosa, 2007 ).
Saat ini lebih dari 20 jenis karet sintetis / karet sintetik terdapat di pasaran dunia, terbuat dari materi baku yang berasal dari minyak bumi, kerikil bara, minyak, gas alam, dan asetilena. Karet-karet sintetis ini biasa disebut dengan kopolimer, yaitu polimer yang terdiri dari lebih dari satu ikatan monomer. Perbedaan karet alami dan karet Sintetis. Perbedaan fundamental dari kedua karet ini ialah dari asalnya. Karet alami didapat dari getah pohon karet yang ditoreh dari batangnya langsung. Sedangkan untuk karet buatan terbuat dari minyak bumi, kerikil bara, gas alam, minyak.

Syarat Dan Cara Menciptakan Sangkar Sapi Yang Baik

Bagaimana Cara Yang Benar Dalam Membuat Kandang Sapi?

Ada beberapa faktor yang sanggup menghipnotis keberhasilan perjuangan penggemukan sapi potong, antara lain:
  • Bibit sapi bakalan yang bagus
  • Pakan yang berkualitas dan hemat (harga terjangkau)
  • Tenaga kerja yang cakap dan berpengalaman
  • Lokasi Usaha yang nyaman
  • Kandang yang sesuai dan memenuhi syarat
  • Manajemen pemeliharaan yang baik dan terprogram
  • Regulasi atau peraturan pemerintah yang mendukung dan memudahkan perjuangan penggemukkan sapi potong
Kali ini kita akan membahas problem perkandangan sapi sebagai salah satu faktor yang wajib diperhatikan semoga perjuangan pemeliharaan dan penggemukan sapi sanggup menghasilkan laba alasannya yakni sapi berkembang dan tumbuh dengan baik.

Sebuah sangkar sapi haruslah memenuhi persyaratan "nyaman" bagi penghuninya. Sapi yang berada dalam sangkar harus terbebas dari rasa takut dan stress, harus lezat makan dan minum. Kaprikornus dalam menciptakan sangkar kita harus memperhatikan beberapa persyaratan semoga sapi yang kita pelihara sanggup merasa nyaman di dalam kandangnya.
Kandang yakni struktur atau bangunan di mana binatang ternak dipelihara. Kandang seringkali dikategorikan berdasarkan jumlah binatang yang menempatinya; ada yang hanya berupa satu bangunan satu hewan, satu bangunan banyak binatang namun terpisah sekat, dan satu bangunan diisi banyak binatang tanpa sekat. Kandang merupakan salah satu kebutuhan penting dalam perjuangan peternakan. Kandang yakni struktur atau bangunan di mana binatang ternak dipelihara. Fungsi utama kandang yakni untuk menjaga supaya ternak tidak berkeliaran dan memudahkan pemantauan serta perawatan ternak.

1. Letak dan Arah Kandang
Menurut pengalaman penulis di lapangan, pertumbuhan bobot tubuh sapi dengan sangkar (bagian kepala sapi) yang menghadap ke timur lebih baik dibandingkan dengan sapi yang kandangnya menghadap arah lain. Maka, kalau membangun sangkar tunggal, sebaiknya dibentuk menghadap ke timur. Namun, kalau membangun sangkar ganda, buatlah membujur utara - selatan.

2. Ukuran Kandang
Ukuran sangkar harus diadaptasi dengan ukuran tubuh sapi dan jenis sangkar yang digunakan, apakah sangkar individu atau sangkar kelompok. Umumnya, kebutuhan luas sangkar sapi per ekor sekitar 1.5 x 2.5 m, 1.5 x 2 m, atau 1 x 1.5 m. Apa pun jenis sangkar yang dibuat, baik sangkar kelompok ataupun individu, peternak harus memenuhi kebutuhan luas sangkar per ekor tersebut.

3. Konstruksi Kandang
Konstruksi sangkar harus berpengaruh serta terbuat dari bahan- yang hemat dan gampang diperoleh. Di dalam sangkar harus ada drainase dan susukan pembuangan Iimbah yang gampang dibersihkan. Tiang sangkar sebaiknya dibentuk dari kayu berbentuk lingkaran semoga Iebih tahan usang dibandingkan dengan kayu berbentuk kotak. Selain itu, kayu lingkaran tidak akan melukai tubuh sapi, berbeda dengan kayu kotak yang mempunyai sudut tajam.

- Lantai
Lantai sangkar sapi biasanya dibentuk dari materi semen atau tanah yang dipadatkan dan dibentuk lebih tinggi dari lahan sekitarnya. Lantai sanggup dialasi jerami, karpet, kayu datar, papan, atau serbuk gergaji. Pemberian bantalan bertujuan semoga kaki dan tubuh sapi tidak terluka terkena lantai semen yang kasar. Pemberian bantalan juga menciptakan kaki dan tubuh sapi tidak gampang kotor serta tidak terjangkit basil penyakit. Selain itu, lantai yang diberi bantalan juga menjadi tidak cepat rusak akhir tergerus kaki sapi. Lantai sangkar harus kuat, tidak licin, dan dibentuk dengan kemiringan 15 derajat ke arah selokan di belakang sapi untuk mempermudah penampungan kotoran sapi dan pakan yang jatuh.

Kandang bakalan dan anakan biasanya hanya beralaskan semen. Sementara itu, sangkar pembibitan biasanya beralaskan serbuk gergaji atau sekam. Kandang pembibitan atau persalinan membutuhkan kondisi yang mutlak kering. Karena itu, setiap periode melahirkan, serbuk gergaji harus diganti dengan yang baru.

- Dinding
Dinding sangkar dihentikan tertutup seluruhnya, harus dibentuk terbuka sebagian semoga sirkulasi udara di dalam sangkar lancar. Bahan yang dipakai sebagai dinding sanggup berupa tembok beton, papan, kayu, bambu, dan bilik bambu. Kadang, dinding sangkar hanya berupa kawasan minum dan kawasan pakan yang dibentuk setinggi 0.5--1 meter dari permukaan tanah.

- Atap
Atap sangkar sanggup terbuat dari materi asbes, genting, rumbia, atau seng. Kandang untuk sapi potong sanggup memakai atap dari asbes, alasannya yakni sapi potong lebih tahan terhadap panas. Kandang sapi juga boleh tidak memakai atap alias terbuka. Kandang terbuka yang beratapkan langit ini biasanya dipakai untuk memelihara sapi bunting atau bakalan yang gres tiba di peternakan. Kandang ibarat ini membantu betina bunting untuk berlatih semoga proses melahirkan sanggup lancar.

- Lorong
Di sangkar individu, biasanya terdapat lorong di tengah sangkar sebagai area kemudian lintas peternak atau pekerja untuk memberi pakan atau minum sapi. Lorong ini biasanya berukuran 0.5--1 meter dan dibentuk dari materi semen. Lantai semen sebaiknya diberi corak garis-garis semoga tidak licin.

- Selokan
Selokan berfungsi sebagai kawasan pembuangan kotoran. Selokan biasanya dibentuk dengan lebar 20--30 cm dan kedalaman 10--20 cm. Selokan ini dibentuk di dalam sangkar di bab ekor sapi, baik itu di sangkar tunggal maupun sangkar ganda. Tujuannya, semoga pekerja gampang membersihkan kotoran dan urine sapi.

- Bak Pakan dan Minum
Bak pakan dan kolam air minum dibentuk di depan sangkar dengan perbandingan 2 : 1. Artinya, kalau panjang kolam pakan satu meter, maka panjang kolam air minum setengah meter. Tempat pakan dan minum ini dibentuk dari materi semen atau papan kayu dengan dasar rapat semoga pakan tidak gampang tercecer. Tempat minum dihentikan bocor dan harus gampang dibersihkan.

Sumber:
drh. Samsul Fikar & Dadi Ruhyadi di dalam bukunya, Buku Pintar Beternak & Bisnis Sapi Potong.

Penyebab Dan Cara Pengobatan Penyakit Ngorok Dan Pink Eye Pada Sapi

Apa Penyebab dan Bagaimana Cara Pengobatan Penyakit Ngorok dan Pink Eye pada Sapi 

Pink Eye


SEPTICEMIA EPIZOOTICA (SE) / Penyakit NgorokPada Sapi

        Penyakit SE yaitu penyakit menular terutama pada kerbau, sapi, babi dan kadang kala pada domba, kambing dan kuda yang disebabkan oleh basil Pasteurella multocida tipe tertentu. Penyakit biasanya berjalan secara akut , dengan angka janjkematian yang tinggi, terutama pada penderita yang telah memperlihatkan tanda-tanda klinik yang jelas. Sesuai dengan namanya, pada kerbau dalam stadium terminal akan memperlihatkan gejala-gejala ngorok (mendengkur), disamping adanya kebengkakan busung pada daerahdaerah submandibula dan leher pecahan bawah. Gambaran seksi pada ternak memamah biak memperlihatkan perubahan-perubahan sepsis.
        Penyakit SE menimbulkan kematian, napsu makan berkurang, penurunan berat  badan serta kehilangan tenaga kerja pembantu pertanian dan pengangkutan.
        Di Indonesia, lantaran jadwal vaksinasi SE dilakukan secara rutin, maka kejadian penyakit SE di Indonesia ketika ini hanya bersifat sporadik. Namun wabah SE dalam jumlah cukup besar masih sering ditemukan, contohnya di daerah-daerah Nusatenggara, menyerupai Sumba,Timor, Sumbawa dan daerah-daerah lain. Pada umumnya wabah itu terjadi pada permulaan ekspresi dominan hujan. Hal ini biasanya disebabkan lantaran tidak tervaksinnya ternak-ternak di tempat itu. Keadaan ini mungkin lantaran vaksin tidak tersedia atau lapangan di mana ternak merumput secara liar sangat sulit terjangkau oleh vaksinator.

Penyebab
        Penyebab penyakit SE yaitu basil Pasteurella multocida yang berbentuk cocobacillus yang memiliki ukuran yang sangat halus dan bersifat bipoler.
          Secara serologik dikenal beberapa tipe dan penyebab SE di Indonesia, antara lain yaitu Pasteurella multocida tipe 6B. Bakteri yang bersifat gram negatif ini tidak membentuk spora, bersifat non motil dan berselubung yang usang kelamaan sanggup hilang lantaran penyimpanan yang terlalu lama.

Cara Penularan
        Faktor-faktor predisposisi , menyerupai : kelelahan, kedinginan, pengangkutan, anemia dan sebagainya mempermudah timbulnya penyakit.
          Penyakit ngorok biasanya menyerang sapi umur 6 – 24 bulan dan sering terjadi ada ekspresi dominan hujan yang dingin. Sapi yang belum divaksinasi SE lebih banyak terserang. Kondisi stress dalam pengangkutan merupakan penyebab utama terjadinya penyakit ini, sehingga penyakit ini disebut pula shipping fever.
         Diduga pintu gerbang infeksi basil ke dalam tubuh penderita yaitu tempat tenggorokan. Ternak sehat akan tertular oleh ternak sakit atau pembawa melalui kontak atau melalui makanan, minuman dan alat-alat yang tercemar. Ekskreta ternak penderita (ludah, kemih, dan tinja) juga mengandung bakteri.
        Bakteri yang jatuh di tanah apabila keadaan harmonis untuk pertumbuhan basil (lembab, hangat, teduh), maka akan tahan kurang lebih satu ahad dan sanggup menulari ternak-ternak yang digembalakan di tempat tersebut.
        Sapi yang menderita penyakit SE harus diisolasi pada tempat yang terpisah. Apabila sapi itu mati ataupun sanggup sembuh kembali, sangkar dan peralatan yang dipakai untuk perawatan sapi itu harus dihapushamakan. Jangan gunakan sangkar tersebut sebagai tempat sapi sebelum lewat minimal 2 minggu.
        Penyakit SE ditemukan di sebagian besar wilayah Indonesia dan negara negara lain kecuali Australia, Oceania, Amerika Utara, Jepang dan Afrika Selatan. Kebanyakan wabah bersifat musiaman, terutama pada ekspresi dominan penghujan. Faktor-faktor predisposisi menyerupai kelelahan, kedinginan, pengangkutan, anemia dan sebaginya mempermudah timbulnya penyakit. Diduga sebagai intu gerbang infeksi kuman ke dalam tubuh penderita yaitu tempat tenggorokan. Hewan sehat akan tertular binatang sakit atau embawa melalui kontak atau melalui makanan, minuman dan alat0alat yang tercemar. Ada kemungkinan pula bahwa insekta dan lintah sanggup bertindak sebagai vektor.
        Pada babi SE dijumpai berbentuk gangguan pernafasan dengan tanda-tanda batuk lebih menonjol. Penularan melalui udara yang dibatukkan oleh penderita lebih gampang terjadi, apalagi jika babi-babi tersebut makan dan minum dari tempat yang sama

Gejala Klinis
Gejala penyakit SE adalah
  • Bentuk busung
  • Bentuk pektoral
  • Kelainan pasca mati

        Masa tunas SE yaitu 1 – 2 hari. Penderita lesu, suhu tubuh naik dengan cepat hingga 410C atau lebih. Gemetar, mata sayu dan berair. Selaput lendir mata hiperemik. Napsu makan, memamah biak, gerak rumen dan usus menurun hingga hilang, disertai konstipasi. Mungkin pula gangguan pencernaan berupa kolik, peristaltik usus naik, dengan tinja yang konsistensinya agak cair dan kadang kala disertai titik-titik darah. Sekali-sekali ditemukan juga epistaksis, hematuria dan urtikaria yang sanggup melanjut ke nekrose kulit.
        Pada SE dikenal tiga bentuk, yaitu bentuk busung, pektoral dan intestinal. Pada bentuk busung ditemukan adanya busung pada kepala, tenggorokan, leher pecahan bawah, gelambir dan kadang kala pada kaki muka. Tidak jarang pula dubur dan alat kelamin juga mengalami busung. Derajat janjkematian bentuk ini tinggi, hingga 90% dan berlangsung cepat, hanya 3 hari, kadang kala hingga 1 minggu. Sebelum mati, terutama pada kerbau gangguan pernafasan akan nampak sebagai sesak nafas (dyspnoe) dan bunyi ngorok, merintih dengan gigi gemeretak.
        Pada bentuk pektoral, tanda-tanda bronchopneumonia lebih menonjol, yang dimulai dengan batuk kering dan nyeri, yang kemudian diikuti dengan keluarnya ingus hidung, pernafasan cepat dan susah. Gejala-gejala tersebut biasanya berlangsung lebih lama, yaitu antara 1 – 3 minggu.
        Kadang-kadang penyakit sanggup berjalan kronis, ternak menjadi kurus dan sering batuk, napsu makan terganggu, terus menerus mengeluarkan air mata. Suhu tidak berubah, tetapi terjadi mencret degil (sulit disembuhkan) yang bercampur darah.

Perubahan Pasca Mati
        Secara anatomi patologi dikenal bentunk bususng, pektoral dan intestinal. Yang paling banyak ditemukan yaitu kombinasi dua atau tiga bentuk , meskipun bentuk busung lebih menonjol.
        Pada bentuk busung terlihat busung gelatin disertai perdarahan di bawah kulit di pecahan kepala, leher, dada dan sekali-sekali meluas hingga pecahan belakang perut. Cairan busung bersifat bening, putih kekuningan atau kadang kala kemerahan. Sering kali infiltrasi cairan serum terlihat hingga lapisan dalam otot. Busung gelatin juga ditemukan di sekitar faring, epiglotis dan pita suara. Lidah sering kali membengkak dan berwarna coklat kemerahan atau kebiruan dan kadang kala menjulur keluar. Selaput lendir kanal pernapasan umumnya membengkak dan kadang kala disertai selaput fibrin.
        Kelenjar limfa retropharingeal dan cervical membengkak. Rongga perut kadang kala berisi beberapa liter cairan bening berwarna kekuningan atau kemerahan. Tanda-tanda peradanagn akut hemorrhagik sanggup ditemukan di abomasum dan usus halkus dan sekalisekali di pecahan colon. Isi rumen umumnya kering, sedangkan isi abomasum menyerupai bubur. Isi usus cair berwarna kelabu kekuningan atau kemerahan tercampur darah. Sering kali di dapati gastroenteritis bersifat hemorrhagik. Limpa jarang mengalami perubahan. Proses degenerasi umumnya ditemukan pada alat-alat parenkim (jantung, hati dan buah pinggang).
        Pada bentuk pektoral terlihat pembendungan kapiler dan perdarahan di bawah kulit dan di bawah selaput lendir. Pada pleura terlihat peradangan dengan perdarahan titik (petechiae) dan selaput fibrin tampak pada permukaan alat-alat viseral dalam rongga dada. Juga terlihat tanda-tanda busung berbentuk hidrothorak, hidropericard dengan cairan yang kering., berfibrin. Paru-paru menderita bronchopneumoni berfibrin atau fibrinonekrotik. Bagian paru-paru mengalami hepatisasi dan kadang kala konsistensi agak rapuh. Hepatisasi umumnya terdapat secara seragam dalam satu stadium, berupa hepatisasi merah dalam keadaan akut, hepatisasi kelabu atau kuning dalam stadium yang lebih lanjut. Bidang sayatan paru-paru beraneka warna lantaran adanya pneumonia berfibrin, bagian-bagian nekrotik, sekat interlobuler berbusung dan bagian-bagian yang normal. Bagian paru-paru yang tidak meradang tampak hiperemik dan berbusung. Kelenjar limfa peribronchial membengkak. Kadang-kadang ada tanda-tanda enteritis akut sedangkan limfa umumnya normal.
        Pada bentuk intestinal biasanya mengiringi kedua bentuk tersebut di atas, terlihat gastroenteritis kataralis hingga hemorrhagik.

Pencegahan
Pencegahan penyakit SE dilakukan dengan cara:
  • Untuk tempat bebas SE, tindakan pencegahan didasarkan pada peraturan yang ketat terhadap pemasukan binatang ke tempat tersebut.
  • Untuk-daerah-daerah tertular, hewan-hewan sehat divaksin dengan vaksin oil adjuvan
  • Ada binatang tersangka sakit daat dipilih salah satu dari perlakuan sebagai berikut :
  1. Penyuntikan antiserum dengan takaran pencegahan
  2. Penyuntikan antibiotik
  3. Penyuntikan kemoterapika
  4. Penyuntuikan antiserum dan antibiotik atai anti serum dan kemoterapika
 
         Untuk daerah-daerah tertular, ternak-ternak sehat divaksin dengan vaksin oil adjuvant, sedikitnya setahun sekali dengan takaran 3 ml secara intra muskuler. Vaksinasi dilakukan pada ketika tidak ada kejadian penyakit.
        Pada ternak tersangka sakit sanggup dipilih salah satu dari perlakuan penyuntikan antiserum dengan takaran pen cegahan, penyuntikan antibiotika, penyuntikan kemoterapetika, kombinasi penyuntikan antiserum dengan antibiotika atau kombinasi antiserum dengan kemoterapetika.
         Dosis pencegahan antiserum untuk ternak besar yaitu 20 – 30 ml dan untuk ternak kecil yaitu 10 – 20 ml. Antiserum heterolog disuntikkan secara subkutan (SC) dan antiserum homolog disuntikkan secara intravena (IV) atau SC. Dua ahad kemudian bila tidak timbul penyakit disusul dengan vaksinasi.

Pengobatan
        Pengobatan terhadap penyakit SE sanggup dilakukan sebagai berikut (1) Seroterapi dengan serum kebal homolog dengan takaran 100 – 150 ml untuk ternak besar dan 50 – 100 untuk ternak kecil. Antiserum homolog diberikan secara IV atau SC. Sedangkan antiserum heterolog diberikan secara SC. Penyuntikan dengan antiserum ini memperlihatkan kekebalan selama 2 hingga 3 ahad dan hanya baik bila dilakukan pada stadium awal penyakit. Sebaiknya derma seroterapi dikombinasikan dengan derma antibiotika atau kemoterapetika (2) Seandainya antiserum tidak tersedia, pengobatan sanggup dicoba dengan preparat antibiotika, kemoterapetika atau adonan kedua preparat tersebut (3) Sulphadimidine (suphamezathine) sebanyak 1 gram tiap 15 lb bw.

Pengendalian dan pemberantasan
Secara garis besar, polanya sama dengan pemberantasan penyakit anthrax, yaitu
  1. dalam keadaan penyakit sporadis, tindakan pemberantasan ditekankan pada pengasingan binatang sakit dan penyuntikan antiserum SE pada binatang sakit
  2. dalam keadaan penyakit enzootik/epizotik, tindakan pemberantasan ditekankan pada penentuan batas-batas tempat tertular dari tempat belum tertular

Perlakuan pemotongan binatang dan daging
Dengan pertimbangan bahwa:
  • SE tidak berbahaya untuk konsumsi manusia
  • Hamir seluruh indonesia yaitu tempat tertular SE, maka binatang berpenyakit SE tidak dihentikan untuk dipotong, sesuai dengan peraturan yang berlaku

Diagnosa banding
        Apabila busung tidak terlihat jelas, SE sanggup dikelurkan dengan anthrax dan rinderpest. Pada SE tidak ditemukan endarahan yang berwarna hitam serupa seerti halnya anthrax. Selain dari gejala-gejala klinis SE sanggup dibedakan dari rinderpest, lantaran pada SE tidak terjadi radang usus yang bersifat krupus difteritis dan nekrose ada jaringan limfoid. Untuk peneguh diagnose, kuman penyebab SE harus sanggup diisolasi. Perlu diketahui bahwa tidak hanya kuman Pasteurella yang memiliki sifat bipoler.

Penyakit Pink Eye (Penyakit Mata Akut) Pada Sapi
        Pink Eye merupakan penyakit mata akut yang menular pada sapi, domba maupun kambing, biasanya bersifat epizootik dan ditandai dengan memerahnya conjunctiva dan kekeruhan mata.
        Penyakit ini tidak hingga menimbulkan kematian, akan tetapi sanggup menimbulkan kerugian yang cukup besar bagi peternak, lantaran akan menimbulkan kebutaan ,penurunan berat tubuh dan biaya pengobatan yang mahal.

Etiologi
        Pink Eye disebabkan oleh bakteri, virus, rikketsia maupun chlamydia, namun yang paling sering ditemukan yaitu akaibat basil Maraxella bovis.

Cara Penularan
        Mikrorganisme penyebab ditularkan lewat kontak antara ternak peka dengan ternak penderita atau oleh serangga yang sanggup memindahkan mikroorganisme atau sanggup juga lewat iritasi debu atau sumber-sumber lain yang sanggup menimbulkan ukiran atau luka mata.

Gejala Klinis
        Mata berair, kemerahan pada pecahan mata yang putih dan kelopaknya, nanah pada kelopak mata dan cenderum menjulingkan mata untuk menghindari sinar matahari. Selanjutnya selaput bening mata/kornea menjadi keruh dan pembuluh darah tampak menyilanginya. Kadang-kadang terjadi borok atau lubang pada selaput bening mata. Borok sanggup pecah dan menimbulkan kebutaan. Mata akan sembuh dalam waktu 1 – 4 minggu, tergantung kepada penyebabnya dan keganasan penyakitnya.

Pengobatan
        Suntikan antibiotik, menyerupai tetracyclin atau tylosin dan penggunaan salep mata sanggup membantu kesembuhan penyakit. Menempatkan ternak pada tempat yang teduh atau menempelkan kain di mata sanggup mengurangi rasa sakit mata akhir silaunya matahari.

Pencegahan
            Memisahkan ternak yang sakit dari ternak-ternak sehat merupakan cara terbaik untuk pencegahan terhadap pinx eye. Tidak tersedia vaksin untuk penyakit ini.

Penyebab Dan Cara Pengobatan Mastitis Atau Radang Ambing Pada Sapi

Radang Ambing ( Mastitis)

Mastitis ialah istilah yang dipakai untuk radang yang terjadi pada ambing, baik bersifat akut, subakut ataupun kronis, dengan kenaikan sel di dalam air susu dan perubahan fisik maupun susunan air susu, disertai atau tanpa adanya perubahan patologis pada kelenjar (Subronto, 2003). Akoso (1996) menyatakan bahwa pada sapi, mastitis sering terjadi pada sapi perah dan disebabkan oleh banyak sekali jenis bakteri.

Sori et al (2005) menyatakan bahwa kerugian kasus mastitis antara lain : kehilangan produksi susu, kualitas dan kuantitas susu berkurang, banyak sapi yang diculling. Penurunan produksi susu per kuartir sanggup mencapai 30% atau 15% per sapi per laktasi, sehingga menjadi permasalahan besar dalam industri sapi perah.

Faktor Penyebab Mastitis

Resistensi atau kepekaan terhadap mastitis pada sapi, kambing atau domba bersifat menurun. Gen- gen yang menurun akan memilih ukuran dan struktur puting Saat periode kering ialah ketika awal basil penyebab mastitis menginfeksi, lantaran pada ketika itu terjadi kendala agresi fagositosis dari neutrofil pada ambing. Berbagai jenis basil telah diketahui sebagai biro penyebab penyakit mastitis, antara lain Streptococcus agalactiae, Str. Disgalactiae, Str. Uberis, Str.zooepedermicus, Staphylococcus aureus, Escherichia coli, Enterobacter aerogenees dan Pseudomonas eroginosa. Dilaporkan juga bahwa yeast dan fungi juga sering menginfeksi ambing, namun biasanya mengakibatkan mastitis subklinis. 

Hasil penelitian di Ethiopia oleh Sori et al (2005) memperlihatkan bahwa hasil investigasi susu dengan metode CMTdari 180 ekor sapi perah lokal Zebu dan persilangan, prevalensi mastitis mencapai 52,78%, dengan 47 ekor (16,11%) merupakan mastitis klinis dan 87 ekor (36,67%), merupakan mastitis subklinis.

Staphylococcus aureus merupakan salah satu penyebab utama mastitis pada sapi perah yang mengakibatkan kerugian ekonomi yang cukup besar akhir turunnya produksi susu. Dilaporkan oleh peneliti yang sama bahwa dari 134 isolat yang diuji, maka persentase terbesar mikroorganisme penyebab mastitis ialah Staphylococcus aureus.

Disamping faktor –faktor mikroorganisme yang mencakup banyak sekali jenis, jumlah dan virulensinya, faktor ternak dan lingkungannya juga memilih gampang tidaknya terjadi radang ambing dalam suatu peternakan. Faktor predisposisi radang ambing dilihat dari segi ternak, mencakup bentuk ambing, contohnya ambing yang sangat menggantung, atau ambing dengan lubang puting terlalu lebar.


Bentuk puting, ada dan tidaknya lesi pada puting mensugesti kejadian mastitis. Hasil penelitian Sori et al (2005) memperlihatkan bahwa prevalensi mastitis pada puting pendulous mencapai 77,78%, sedangkan pada puting non pendulous mencapai 50%. Puting yang lesi memungkinkan prevalensi mastitis sebesar 84%, sedangkan pada puting normal sebesar 47,74%. Letak kuartir juga mensugesti kejadian mastitis. Kuartir kiri, belakang dan kanan, depan lebih sering mengalami mastitis daripada kedua puting lainnya. Pada kiri belakang, mastitis mencapai 34,3%, sedangkan kanan, depan mencapai 30,06%.


Faktor umur dan tingkat produksi susu sapi juga mensugesti kejadian mastitis. Semakin bau tanah umur sapi dan semakin tinggi produksi susu, maka semakin mengendur pula spinchter putingnya. Puting dengan spincter yang kendor memungkinkan sapi gampang terinfekesi oleh mikroorganisme, lantaran fungsi spinchter ialah menahan infeksi mikroorganisme. Semakin tinggi produksi susu seekor sapi betina, maka semakin usang waktu yang dibutuhkan spinchter untuk menutup sempurna. Faktor bangsa sapi juga mensugesti kejadian mastitis. Dilaporkan bahwa kejadian mastitis pada sapi persilangan (Crossbreed) lebih besar daripada sapi lokal.


Faktor lingkungan dan pengelolaan peternakan yang banyak mensugesti terjadinya radang ambing mencakup pakan, perkandangan, banyaknya sapi dalam satu kandang, ventilasi, sanitasi sangkar dan cara pemerahan susu. Dilaporkan bahwa pada ventilasi jelek, mastitis sanggup mencapai 87,5% dan pada ventilasi yang baik mencapai 49,39%.

Gejala-gejala
        Secara klinis radang ambing sanggup berlangsung secara akut, subakut dan kronik. Radang dikatakan bersifat subklinis apabila gejala-gejala klinis radang tidak ditemukan ketika investigasi ambing. Pada proses radang yang bersifat akut, tanda-tanda radang terperinci ditemukan, menyerupai : kebengkakan ambing, panas ketika diraba, rasa sakit, warna kemerahan dan terganggunya fungsi. Air susu berubah sifat, menjadi pecah, bercampur endapan atau jonjot fibrin, reruntuhan sel maupun gumpalan protein. Proses yang berlangsung secara subakut ditandai dengan tanda-tanda sebagaimana di atas, namun derajatnya lebih ringan, ternak masih mau makan dan suhu badan masih dalam batas normal. Proses berlangsung kronis apabila infeksi dalam suatu ambing berlangsung lama, dari suatu periode laktasi ke periode berikutnya. Proses kronis biasanya berakhir dengan atropi kelenjar mammae.

Cara penularan
Penularan mastitis dari seekor sapi ke sapi lain dan dari quarter terinfeksi ke quarter normal sanggup melalui tangan pemerah, kain pembersih, mesin pemerah dan lalat.

Diagnosis
Pengamatan secara klinis adanya peradangan ambing dan puting susu, perubahan warna air susu yang dihasilkan. Uji lapang sanggup dilakukan dengan memakai California Mastitis Test (CMT), yaitu dengan suatu reagen khusus, diagnosis juga sanggup dilakukan dengan Whiteside Test.

Kontrol
Untuk mencegah infeksi gres oleh basil penyebab mastitis, maka perlu beberapa upaya, antara lain (1) meminimalisasi kondisi-kondisi yang mendukung penyebaran infeksi dari satu sapi ke sapi lain dan kondisi-kondisi yang memudahkan kontaminasi basil dan penetrasi basil ke susukan puting. Air susu pancaran pertama ketika pemerahan hendaknya ditampung di strip cup dan diamati terhadap ada tidaknya mastitis. Perlu pencelupan atau diping puting dalam biosid 3000 IU (3,3 mililiter/liter air). Penggunaan lap yang berbeda disarankan untuk setiap ekor sapi, dan pastikan lap tersebut telah dicuci dan didesinfektan sebelum digunakan. (2) Pemberian nutrisi yang berkualitas, sehingga meningkatkan resistensi ternak terhadap infeksi basil penyebab mastitis. Suplementasi vitamin E, A dan ß-karoten serta imbangan antara Co (Cobalt) dan Zn (Seng) perlu diupayakan untuk menekan kejadian mastitis.

Pengobatan
Sebelum menjalankan pengobatan sebaiknya dilakukan uji sensitifitas. Resistensi Staphylococcus aureus terhadap penicillin disebabkan oleh adanya ß- laktamase yang akan menguraikan cincin ß- laktam yang ditemukan pada kelompok penicillin. Pengobatan mastitis sebaiknya memakai Lincomycin, Erytromycin dan Chloramphenicol.

Disinfeksi puting dengan alkohol dan infusi antibiotik intra mamaria sanggup mengatasi mastitis. Injeksi kombinasi penicillin, dihydrostreptomycin, dexamethasone dan antihistamin dianjurkan juga. Antibiotik akan menekan pertumbuhan basil penyebab mastitis, sedangkan dexamethasone dan antihistamin akan menurunkan peradangan. Mastitis yang disebabkan oleh Streptococcus sp masih sanggup diatasi dengan penicillin, lantaran streptococcus sp masih peka terhadap penicillin.

Strategi efektif untuk mencegah dan mengatasi mastitis yang disebabkan oleh Staphilococcus aureus masih sukar dipahami. Dilaporkan bahwa basil Staphylococcus sp dan Streptococcus sp yang diisolasi dari kasus mastitis sapi telah banyak yang multi resisten terhadap beberapa antibakterial. Penggunaan antibiotik untuk mengatasi mastitis juga telah banyak merugikan masyarakat konsumen, lantaran susu mengandung residu antibiotik sanggup mengakibatkan gangguan kesehatan.

Akibat penggunaan antibiotik pada setiap kasus mastitis, yang mungkin tidak selalu tepat, maka timbul problem gres yaitu adanya residu antibiotika dalam susu, alergi, resistensi serta mensugesti pengolahan susu. Mastitis subklinis yang disebabkan oleh basil gram positif juga makin sulit ditangani dengan antibiotik, lantaran basil ini sudah banyak yang resisten terhadap banyak sekali jenis antibiotik. Diperlukan upaya pencegahan dengan melaksanakan blocking tahap awal terjadinya infeksi bakteri.

Hasil penelitian Wall (2006) memperlihatkan bahwa efikasi pirlymycin sebagai antibiotik untuk mengatasi mastitis yang disebabkan Staphylococcus aureus hanya sanggup mencapai 13% dengan masa terapi dua hari, dan mencapai 31% apabila terapi diperpanjang hingga 5 hari. Jika diperhitungkan antara produksi susu dengan biaya terapi, ongkos materi bakardan adanya kandungan sel-sel somatik dalam air susu, maka masih dibawah Break Even Point.

Selanjutnya Middleton dan Foxt (2001) melaporkan bahwa penggunaan infus intramammaria dengan 120 ml, 5% Povidone-Iodine (0,5% Iodine) sehabis susu diperah habis pada 7 ekor penderita mastitis akhir Staphylococcus aureus memperlihatkan hasil yang sangat memuaskan, lantaran 100% (7 ekor) penderita sanggup memproduksi susu kembali pada laktasi berikutnya. Sedangkan terapi mastitis dengan infus Chlorhexidine, hanya menghasilkan 71% (5 ekor). Mean milk Weight (kg) pada terapi Iodine lebih besar daripada terapi dengan Chlorhexidine. Sekresi susu dari kuartir yang diberi Iodine tidak mengandung residu pada investigasi 35 hari post infusi, sedangkan pada infusi dengan Chlorhexidine ternyata mengandung residu antibiotik.

Wall (2006) melaporkan bahwa enzim protepolitik yang dikenal dengan Lysotaphin, yang dihasilkan oleh Staphylococcus simulans sanggup memotong ikatan – ikatan spesifik dalam komponen dinding sel, yaitu peptidoglycan dari Staphylococcus aureus. Efikasi Lysotaphin untuk terapi mastitis yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus telah dievaluasi pada beberapa jenis ternak, antara lain : tikus, kambing dan sapi. Infusi Lysotaphin ke dalam kelenjar mammae yang terinfeksi menawarkan respon perbaikan produksi pada laktasi berikut sebesar 20%. Transgene Lysotaphin menawarkan pertahanan berpengaruh melawan banyak sekali basil penyebab mastitis. Susu transgenik juga mengandung agen-agen yang menghambat pertumbuhan mikroba lain yang tidak diinginkan, sehingga susu dan produk susu lebih panjang daya simpannya.

Dalam pengobatan mastitis dengan memakai antibiotik, sehingga pengobatan sanggup efektif, dibutuhkan uji sensitifitas antibiotik tersebut terhadap basil penyebab mastitis, terutama Staphylococcus aureus. Perlu diketahui bahwa Staphylococcus aureus telah memperlihatkan sifat resistensi terhadap antibiotik. Berdasarkan sifat resistensinya, maka Staphylococcus aureus dikelompokkan dalam beberapa golongan, antara lain (1) Staphylococcus aureus yang menghasilkan enzim ß-laktamase, yang berada di bawah kontrol plasmid, dan menciptakan organisme resisten terhadap beberapa penisilin, antara lain penisilin G, ampisilin, piperasilin, tikarsilin dan obat-obat yang sejenis (2) Staphylococcus aureus yang resisten terhadap nafsilin, oksasilin, metisilin, yang tidak tergantung pada produksi ß-laktamase. Gen mecA untuk resistensi terhadap nafsilin terletak di kromosom.Resistensi ini berkaitan dengan kekurangan PBP (Penicillin Binding Protein) (3) Staphylococcus aureus yang mempunyai kerentanan menengah terhadap vankomisin.