Kabar Gembira Buat kamu yang ga sengaja kunjungi Blog ini !!!

jarang-jarang kamu bisa nemuin Harga SOUVENIR se Murahini..

karena ini kami buat sengaja buat kamu yang ga sengaja berkunjung ke Blog kami dengan ulasan kami selain dari ulasan souvenir

Nah buat kamu yang tertarik dengan Harga-harga souvenir kami, bisa langsung hubungi whatsapp kami di 081296650889 atau 081382658900

caranya screenshoot atau sertakan link url souvenir yang kamu minati pada blog ini, kirimkan kepada kami di nomer yang sudah tertera dia atas

tanpa screenshoot atau link blog kami, kemungkinan kami akan memberikan harga jual yang ada pada toko kami yang cenderung lebih tinggi tentunya

Kamis, 31 Januari 2019

Sistem Bagi Hasil? Ini Faktor Penting Yang Harus Diperhatikan

Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Sistem Bagi Hasil dan Waspadai Janji-janji Keuntungan yang Terlalu Besar dan tidak masuk Logika

Sistem profit sharing bahu-membahu sangat manis sekali dari sudut pandang syariat. Karena sistem ini lebih adil daripada sistem bunga. Bahkan sistem bunga bisa digolongkan kedalam kategori riba yang sudah terperinci hukumnya haram.

Tapi kenapa banyak kasus sistem bagi hasil yang gulung tikar dan bahkan banyak investor yang mengaku tertipu? Ada dua lantaran yang mungkin terjadi. Pertama yaitu lantaran sesungguhnya pengusaha itu tidak memakai sistem bagi hasil yang benar. Dan yang kedua, bisa jadi perusahaan itu memakai sistem bagi hasil dengan benar, namun tidak pernah dengan fair menjelaskan resikonya pada konsumen sehingga konsumen merasa ditipu.




Maka yang pertama kali harus Anda lakukan sebelum menetapkan untuk berinvestasi atau tidak, yaitu dengan mempelajari ibarat apa itu bahu-membahu sistem bagi hasil. Dari situ kita bisa memilih apakah perusahaan itu benar-benar menjalankan sistem bagi hasil dan apakah beliau cukup fair dalam menjelaskan, bukan cuma potensi manfaatnya tapi juga resiko yang mungkin terjadi.

Sistem bagi hasil sejatinya yaitu suatu kolaborasi antara dua pihak dalam menjalankan usaha. Pihak pertama yaitu pengusaha yang mengatakan andil dalam keahlian, keterampilan, sarana dan waktu untuk mengelola perjuangan tersebut. Sedangkan pihak kedua yaitu pemodal (investor) yang mempunyai andil dalam mendanai perjuangan itu semoga sanggup berjalan. Baik itu modal kerja saja atau modal secara keseluruhan.

Sistem Bagi Hasil Yang Benar
Atas masing-masing andil itulah, kedua belah pihak berhak atas hasil perjuangan yang mereka kerjakan. Karena tidak ada yang sanggup memastikan, berapa keuntungannya. Maka pembagian hasil perjuangan itu ditetapkan dalam bentuk prosenstase bagi hasil dari laba yang didapat, bukan atas besarnya dana yang diinvestasikan.
Kapan laba itu dibagikan tergantung dari perjanjian dan jenis perjuangan yang dijalankan. Pembagian laba itu dilakukan setidaknya dalam satu siklus usaha. Jika perjuangan itu berupa pertanian, maka yang disebut sebagai satu siklus perjuangan yaitu semenjak menanam hingga panen. Jika usahanya terus-menerus dan sulit ditentukan akhirnya, biasanya disepakati setiap satu bulan atau satu tahun.

Namun tak ada juga yang sanggup memastikan bahwa perjuangan itu akan selalu untung. Untung atau rugi, itu hal yang biasa dalam berusaha. Lalu bagaimana kalau perjuangan itu rugi? Karena untung dibagi bersama, maka kerugian pun dibagi bersama pula, itulah letak keadilan dari sistem bagi hasil.

Pemodal mempunyai resiko kehilangan sebagian atau seluruh modalnya kalau usahanya merugi. Sedangkan pengusaha menanggung rugi berupa kerja dan waktunya yang sama sekali tidak dibayar. Ingat, pengusaha dilarang mengambil honor dari perjuangan itu. Ia hanya berhak atas pembagian untung. Jika pengusaha itu sudah mengambil sebagian modal untuk kebutuhan pribadinya (termasuk gaji), maka ia harus mengembalikannya ke pemodal. Begitu juga pengusaha dilarang memakai modal kerja yang diterimanya untuk dialihkan menjadi pembangunan sarana produksi.
Jika ada penawaran investasi yang mengaku memakai sisitem bagi hasil, namun tidak mengikuti kaidah-kaidah ibarat di atas, yakinlah bahwa anjuran itu menyesatkan dan sebaiknya Anda jauhi saja.
Berikut ini, poin-poin yang harus diwaspadai sebelum Anda terlanjur tertarik untuk menginvestasikan perjuangan Anda pada investasi yang mengaku memakai sistem bagi hasil:

Menjanjikan tingkat laba yang niscaya atas nilai investasi
Jika anjuran itu menjanjikan tingkat laba yang niscaya atas nilai investasi Anda, sudah terperinci investasi itu tidak memakai contoh bagi hasil. Karena bagi hasil mengatakan pembagian keuntungan, yang belum sanggup diketahui hingga usahanya selesai.

Tetap menjanjikan laba walau usahanya merugi
Ini lebih gawat lagi, kalau investasi tetap menjanjikan pembagian laba walau usahanya merugi, besar kemungkinan ini adalalah money game. Dari mana pengusaha akan membayar laba kalau usahanya saja rugi, jangan-jangan dari modal yang masuk setelah kita. Kalau itu benar, bisa jadi uang yang kita tanamkan tidak dipakai untuk perjuangan itu, tapi dijadikan pembayaran laba untuk pemodal sebelum kita.

Jaminan modal kembali
Jaminanan modal kembali juga bukan ciri-ciri perjuangan bagi hasil, lantaran sesungguhnya pemodal juga mempunyai resiko kalau usahanya merugi terus-menerus hingga habis modalnya.

Perbandingan prediksi dengan harga pasar
Boleh-boleh saja kalau pengusaha mengatakan prospektus yang berupa prediksi laba yang akan diperoleh, tapi sekali lagi itu cuma perkiraan, dilarang menjanjikan. Cek kembali angka-angka pada prospektus dengan harga pasar yang berlaku sekarang. Jika perbedaannya terlalu jauh, berarti prediksi itu terlalu mengada-ada. Buatlah prediksi sendiri dengan versi Anda semoga sanggup memperkirakan apakah perjuangan yang dijalankan bisa menguntungkan.

Pembukuan yang transparan
Ini menjadi salah satu syarat utama dalam sistem bagi hasil. Bagaimana kita bisa tahu berapa laba yang menjadi hak kita kalau pembukuannya tidak transparan. Pengusaha harus mengatakan laporan pada pemodal mengenai jalannya perjuangan secara terencana atau setidaknya setiap satu siklus usaha.

Keterbatasan absorpsi modal
Kemampuan dan skala perjuangan yang dimiliki pengusaha pastilah terbatas. Oleh lantaran itu pengusaha yang mengatakan investasi harus juga sanggup menghitung berapa batasan modal yang sanggup diserapnya. Tanah yang beliau miliki untuk menanam kan terbatas. Maka modal yang diharapkan juga menjadi terbatas. Tapi, kalau pengusaha terus-menerus mendapatkan modal tanpa adanya batasan, itu berarti uang investor tidak dijadikan modal kerja, tapi dipakai untuk hal lain yang tidak sesuai dengan perjanjian.

Sumber : Republika

Tidak ada komentar:

Posting Komentar